Minggu, 16 November 2008

Sayap-sayap jibril dan malaikat menjadi biru;
Demi kau, orang-orang suci
Dan para rasul telah menangis....(D 2364)
Maulana menyanyikan lagu pemakaman yang sangat mengharukan, yang mengandung sajak berulang girista (telah mengangis)




Kata guru ; Untuk pemakamanku,
Ambilah genderang, rebana, dan gendang
Wahai teman-temanku,
Bergembira, bersuka ria, bertepuklah! (V 1112)
Pemakaman sang pandai emas pun bertabuh menjadi tarian berputar (sama), untuk memenuhi keinginannya sendiri, seperti dituturkan putranya Sultan Walad
Jiwa jamaah ini maju terus
Selangkah demi selangkah menuju jamaah,
Matahari di keningnya, dan ditangannya
Cawan demi cawan......(D 1583)
Nama Husamuddin disebutkan, dan dalam sebuah syair liris lainnya namanya muncul secara jelas dan kadang-kadang tersembunyi, seperti dalam lagu tarian suka cita berikut ini yang berakhir dengan permainan kata-kata:
Jika kau adalah sebuah nama-kini nama itu
Bercampur dengan yang dinamai
Tidak! Nama itu bagaikan sarung, dan yang dinamai
Adalah pedangnya (Husam).
Pada akhirnya Maulana menggunakan bahasa Arab:
Wahai Husamuddin, tuliskan penjelasan
Tentang Sultan Cinta (yaitu Syamsuddin). (D 738)
Karenanya, dia tampil sebagai bagian dari kepribadian Syams dan dengan begitu dapat diserahi tugas untuk menyimpan rahasia, seperti yang ditulis Maulana dalam Diwan:
Lebih baik jika sahabat tetap tertabiri!
Mari, dengarkan kisah ini:
Lebih baik misteri ini diceritakan
Dalam kisah orang lain, kisah lama! (M; 141)
Permintaan Husamuddin tentang Syams ditolak oleh Maulana yang akhirnya menenangkannya dengan baris-baris ini:

Wahai yang namanya adalah makanan lezat
Bagi jiwaku yang mabuk! (D 2229)
Namyn, di akhir karya itu, Maulana bercerita tentang Zulaikha, istri Potiphar dan kerinduannya kepada Yusuf yang tampan
Jangan menangis: "Aduhai kenapa pergi!"
Dalam pemakamanku
Bagiku, inilah bahagia!
Jangan katakan, "Selamat tinggal"
Ketika aku dimasukkan ke liang lahat
Itu adalah tirai rahmat yang abadi! (D911)
Dia juga menghibur teman-temannya dengan memperingatkan mereka bahwa kematian bukan perpisahan, tetapi pembebasan bagi burung jiwa:
Bila gandum dari debuku,
Dan bila dimasak jadi roti-kemabukan
Akan bertambah.
Adonan; mabuk!Dan tukang roti!
Ovennya pun akan menyanyikan mazmur
Yang ekstatis!
Bila Datang ke makamku untuk mengunjungiku
Jangan datang ke makamku tanpa genderang,
Karena pada perjalanan Tuhan,
Orang yang berduka tidak diberi tempat (D 683)
Dan dia berkata dengan penuh semangat kepada mereka:





Penduduk Kota, tua dan muda
Semuanya meratap, menangis, mengeluh keras,
Orang-orang desa, orang-orang Turki dan Yunani,
Mereka mencbik-cabik pakaian mereka
Karena perasaan sedih
Atas meninggalnya orang yang agung ini’
"Ia adalah Musa!"
Kata orang-orang yahudi.....(VN 121)
Maulana meninggal dunia pada senja hari, 17 Desember 1273, dan setiap orang di Konya-baik yang kristen, Yahudi, maupun muslim-menghadiri pemakamannya, seperti yang dikatakan oleh putranya
Di manakah aku, di manakah puisi?
Tetapi orang Turki membisikiku:
Hai, siapakah engkau? (D1949)
Bait diatas, yang ditulis dalam bahasa Turki, mengungkapkan sikap Maulana terhadap syairnya sendiri
Simpanlah kata-kata Persiamu,
Aku akan berucap dalam bahasa Arab:
"Jiwa kita dihibur oleh anggur."
Dikisahkan Syams sama sekali tidak menyukai puisi-puisi itu dan mengungkapkan ketidaksukaannya ini kepada sahabatnya dalam suatu ini kepada sahabatnya dalam mimpi yang aneh dimana Syams mengguncang-guncangkan Mutannabi yang tua itu bagaikan boneka usang. Namun, masih saja orang mendapati kiasan-kiasan dan kutipan-kutipan yang berasal dari Mutannabi dalam syair-syair Maulana dan juga dalam Fihi ma fihi, seperti dalam syair penutup dari sebuah ghazal
Sahabatku yang seorang tabib mengisi cangkir
Tinggalkan
Fa’iliun mufta’ilun dan fa’ilatun dan fa’i
Dia mengisi suatu baris dengan kata-kata bahasa Arab yang menarik perhatian untuk matra, fa’ilatun mufta’ilun "ini telah membunuhku", atau dia berkata dengan akhiran (ending) bahasa Arab
Separuh dari ghazal belum lagi terucap dari mulutku
Tapi sayang,aku telah kehilangan kepala
Dan kaki! (D 2378)
Di tempat lain dia mengeluh
Tanpa kehadiranmu,
Sama (tarian berputar) itu haram...
Tak satu ghazal pun terucap tanpa kehadiranmu,
Namun, dalam kesukaan mendengar namamu (disebut)
Lima, enam ghazal tercipta. (D 1760)
Orang sering kali tergoda untuk bertepuk tangan dan menafsirkan kembali irama musiknya, dan irama musiknya inilah yang melahirkan syair ini atau itu.
Musim semi telah datang, musim semi telah datang,
Musim semi yang penuh dengan bunga-bunga
Telah datang.
Kawanku telah datang, kawanku telah datang,
Kawanku yang memikul beban telah datang ...
Muncunya puisi dari gerakan tarian ini juga menjelaskan kecenderungan Maulana pada pengulangan dan anafora-anafora yang panjang
Mari,mari kasih, mari kasih,
Masuk, masuklah ke dalam karyaku,
Ke dalam karyaku!
Kau, kaulah taman mawarku, taman mawarku;
Katakan, katakanlah rahasiaku, rahasiaku.
Dalam nada yang lebih kuat, tampak pada puisi
Kudengar omong kosong yang diucapkan oleh musuh,
Dalam hatiku. (D 1623)
Dalam beberapa hal tertentu, kita mengetahui bagaimana suatu kesan sensasional dapat melahirkan baris pertama dalam puisi, seperti ketika seseorang mengobrol dalam pertemuan sama’ telah membuat Rumi merasa terganggu

Dil ku? Dil ku?
Di mana hati? Dimana hati?
Kisah tentang seorang penjaja barang yang melewati rumah Maulana dengan membawa kulit serigala untuk dijual. Teriakannya dalam bahasa Turki: "tilku, tilku" (serigala-serigala!), segera memberikan ilham kepada Maulana untuk menulis sebuah puisi yang dimulai dengan kata-kata diatas
Pada suatu hari seorang kurdi kehilangan keledainya
atau kalau mungkin dia bertanya:
Apa yang kaumakan?Biarkan aku menciumnya!
Cukup, cukup! Kau cuma kuda seorang penjaja air,
Bila telah didapatkannya seorang pembeli,
Maka diambilnya lonceng kecil
Yang terkalung di leher (kuda) itu. (D 25)
Apakah ini Sinar Ilahiah?
Apakah ini datang dari dekat Tuhan? (D 2279)
Aku baca kisah cinta itu siang dan malam
Kini, aku akan menjadi sebuah kisah dalam cintaku
Kepadamu (D 1499)
Setiap utas rambutku telah berubah
Menjadi syair dan ghazal
Berkat cintamu. (D2329)

Tidak ada komentar: