Selasa, 11 November 2008

Merokok Memutuskan dari Segala Kebaikan (Hole in One)




Bersumber dari Mawlana Syaikh Muhammad Nazim Adil Al-Haqqani
Monday, 20 October 2008
Bismilahhirohmanirrohim
Saya bertanya kepada teman-teman yang baru menjadi muslim bagaimana dia berusaha sukses untuk hidup sebagai muslim. Dan dia menjawab: "Saya baik-baik saja, saya sudah mulai sholat dan puasa sesuai perintah Allah dan telah meninggalkan banyak perilaku larangan utama. Hanya satu masalah yang tersisa sampai sekarang adalah ketidakmampuan saya untuk berhenti merokok."
Lihat, merokok dari sisi umum dan kebanyakan orang, khususnya sisi kaum muslim, mereka menganggap merokok sebagai sesuatu yang tidak atau sedikit berpengaruh pada karakter seseorang. Karena mereka menganggap kecil atau tidak berpengaruh pada kehidupan agama mereka, maka kaum muslim merokok lebih banyak dari kaum yang lain, bahkan mereka merokok seperti cerobong asap.
Saat anda menerima Islam, anda mampu meninggalkan semua perilaku yang paling sangat diharamkan, dan itu sangat baik, tidak semua orang bisa melakukannya dengan mudah. Apalagi langsung berubah setelah anda menerima kepercayaan Islam. Hanya satu masalah besar, kata anda, yaitu kecanduan anda pada tembakau, hingga merokok menguasai hati kalian, sampai tingkat tertentu dimana meninggalkan merokok adalah suatu perjuangan yang tidak mungkin anda menjadi pemenangnya.
GrandSyaikh Abdullah Faiz Ad-Daghistani qs (semoga Allah meridhoi beliau) sering berkata bahwa merokok, meskipun tidak berarti menurut pandangan orang, sebenarnya pada kenyataan adalah salah satu kelemahan terbesar orang yang beriman, karena kebiasaan merokok membiarkan korbannya sama sekali kehilangan kekuatan untuk berkeinginan.
Rokok menjebak orang dan merusak kemauannya dengan suatu cara pasti, dimana kalau orang tidak bisa berhenti dari kebiasaan buruk merokok, maka suatu hari merokok akan memutusnya dari setiap kebaikan yang dilakukannya, bahkan dari ke Imanannya / kepercayaannya. Hal inilah yang menjadi alasan pokok untuk berhenti dari kebiasaan merokok diantara banyak alasan kuat lainnya.
Kalian harus meninggalkan kebiasaan merokok dengan segera dan selamanya sehingga kemauan akan tumbuh lagi, dan melindunginya untuk jatuh dalam control orang lain. Maksud saya dengan "lain", adalah kemauan/keinginan rendah orang itu dan setan, yang berdiri dibelakang sebagai penasehat kejahatan bagi ego. Siapapun yang tidak mampu menguasai dirinya akan beralih ke tangan nafsu binatangnya dan nafsu Setan, yang siap menghancurkan sisi manusia dari ruhani anda.
Allah Yang Maha Kuasa bersabda dalam Kitab Al Qur'an: "Oh Umatku, kalian akan melihat sesuatu sebagai hal yang tidak berakibat besar bagi kalian, tetapi dihadapanKu hal itu sangat berbahaya dan berakibat besar." Sekarang merokok bagi kaum Muslim tampaknya tidak masalah, tapi dihadapan Allah Yang Maha Kuasa hal itu adalah suatu kelemahan fatal untuk orang yang beriman.
Merokok bagi orang yang beriman adalalah bagaikan kalian membiarkan lubang kecil di pintu yang dapat dilewati maling. Sekarang anda sudah menutup semua pintu-pintu untuk melakukan dosa besar yang dilarang Allah, tapi apa artinya kalau lubang kecil itu tetap ada? Apa maksud keberadaan sebuah pintu seperti itu? Lebih baik dibiarkan saja terbuka lebar untuk semua kebaikan yang akan masuk. Mungkin anda akan berkata: "Pintu itu tebal dan saya sudah menutup dan menguncinya dengan kuat, apalah arti sebuah lubang kecil, itu tidak masalah."
Apa yang tidak masalah? Kalian bilang tidak masalah, tetapi lihat, maling dapat membuka pintu dengan memasukkan kawat melalui lubang tadi dan dia lari dengan mengambil semua hartamu! Maka, kalau seseorang membiarkan lubang seperti itu untuk masuk dan berkuasanya setan, maka ia akan mempertaruhkan kepercayaannya dan keimanannya dalam bahaya besar.
Maka saya berkata pada teman saya: Kamu telah meninggalkan begitu banyak larangan yang tidak disenangi Tuhan. Kamu telah mengunci semua pintunya, sekarang kamu harus berpikir apa yang bisa dilakukan soal lubang kecil dipintumu yang disebabkan rokok tersebut.
Wa min Allah at Tawfiq
Diterjemahkan dari Mercy Oceans - Divine Sources

Merokok adalah salah satu dosa yang berbahaya




Bersumber dari Mawlana Syaikh Hisyam Kabbani
Monday, 20 October 2008
Bismilahhirohmanirrohim
A`udzu billahi min asy-syaitaan ir-rajiim. Bismillahir - Rahmanir- Rahiim. Nawaytu'l-arba' iin, nawaytu'l-`itikaaf, nawaytu'l-khalwah, nawaytu'l-riyaada, nawaytu's-suluuk, nawaytu'l-`uzlah lillahi ta`ala fii hadza'l-masjid. Ati` Allah wa ati` ar-Rasula wa uli 'l-amri minkum
Pada sesi sebelumnya, Grandsyaikh Abdullah Faiz qs bertanya apa yang Allah swt akan adili pada hari penghitungan? Pertama, Allah swt akan mengadili ego, ananiyah, egoisme. Mereka yang tidak melihatnya, tidak akan melihatnya kecuali diri mereka. Mereka tidak menghargai bahwa Allah swt telah menurunkan mereka ke dunia untuk menyingkirkan ananiyah, egoisme mereka. Karena di surga, Sayyidina Adam A.S., saat itu Allah swt membuatnya dominan agar ia mampu menguasai kekuatan spiritualnya.
Tetapi saat itu ia tidak mendengarkan spiritualitas yang menurutnya telah berhasil dicapainya, dimana ia dapat menikmati surga dengan hal itu. Saat itu ia mendengarkan bisikan iblis, hingga apa yang terjadi? Ia diturunkan oleh Allah swt ke dunia. Ia berbuat dosa, maka Allah menurunkannya ke dunia untuk membersihkankannya. Kita di dunia berada dalam pengampunannya karena pada hari pengadilan nanti Allah swt tidak ingin kita datang dalam keadaan kotor, Allah ingin membersihkan diri kita untuk masuk surga.
Kita hidup di dunia dalam pengampunannya untuk dibersihkan, agar pada hari pengadilan kita datang dengan bersih. Allah mengirim kita ke dunia agar keinginan buruk ini bisa hilang. Keinginan buruk ini dimulai dengan tidak hanya mencintai diri sendiri saja, tapi mencintai orang lain juga, malah lebih dari kita mencintai diri sendiri, hal ini berarti kita menghilangkan egoisme kita. Hal itu merupakan pembersihan dan artinya kita mengangkat diri sendiri.
Karena kamu telah melakukan sholat, puasa, zakat, haji , bersyahadat, apa yang kurang? Egoisme yang harus ditarik, dibersihkan dan dibuang. Kalau itu sudah dibuang maka kamu akan datang di hari pengadilan dengan bersih. Di hari pengadilan, orang yang beriman tapi mempunyai ego, Allah akan mengadili agar mereka menjadi bersih. Setelah bersih mereka akan ke surga. Maka dari itu, kita tidak ingin berada dalam keadaan seperti itu, merasa malu dihadapan pencipta kita di hari pengadilan nanti.
Maka tariqah adalah untuk membersihkan ego kamu, untuk memberikan bimbingan seperlunya. Karena dalam kehidupan, kamu bisa terbersihkan melalui gurumu, guru itu sendiri terbersihkan lewat gurunya lagi, begitu seterusnya sampai ke Nabi Muhammad saw, sebagaimana beliau membersihkan sahabah, kemudian diturunkan ke tabiin, tabiit sampai kepada guru2 tariqah, maka dari rahasia pembersihan itu, para guru mewarisi bagaimana membersihkan murid mereka.
Jadi apapun yang diberikan oleh guru anda, terimalah karena ia dapat melihat lebih dalam lagi dan lebih jauh lagi dari apa yang kamu lihat. Dan Grandsyaikh Abdullah Faiz qs, semoga Allah memberkatinya, berkata bahwa melalui egonya, iblis kehilangan amalnya, perbuatan baiknya, yang dilakukan di surga, karena itu Allah swt membuangnya. Ia berkata:
Meninggalkan satu hal yang dilarang Allah memiliki nilai yang besar bagi Allah. Jika kamu menghamba tapi kamu berbuat dosa, segeralah bertobat, karena dengan bertobat kepada Allah swt maka kamu membuatNya puas dengan dirimu lebih dari penghambaan dan dedikasi anda. Karena penghambaan dan pengabdian kadang lebih mudah tapi menyembuhkan dosa sulit. Sulit untuk berhenti. Maka dari itu Allah akan membalas orang yang bertobat. Lebih lagi, orang yang ingat untuk senantiasa bertobat dan bertobat, Allah akan membalasnya dengan apa yang ia patut peroleh sehingga orang itu masuk surga.
Kalau syaikh berkata tentang hal itu, semoga Allah melindungi kita dari masalah yang berat dan sangat penting dalam kehidupan kita yang kita jatuh kedalam jeratan setan. Khususnya hari ini, Ia berkata semoga Allah melindungi kita dari masalah "Merokok". Ia berkata "Merokok adalah salah satu dosa yang paling berbahaya, sangat berbahaya dalam menghancurkan diri, jiwa dan raga, juga membuat kita lebih egois lewat merokok.
Saat merokok, anda melahirkan akar egoisme, karena semua kemauan buruk merupakan produk dari merokok. Apakah kamu terpengaruh lewat susu ibu atau susu botol, atau lewat orang tua kamu yang merokok, atau lewat makanan yang anda makan karena diolah oleh orang yang tidak sholat, tidak puasa dan oleh orang yang tidak tahu apa yang mereka lakukan.
Mungkin mereka merokok sambil bekerja dibelakang mesin pengolah susu atau makanan bayi formula. Sekarang ini merupakan hal biasa bagi orang tua untuk memberikan bayi mereka dengan susu dan asupan berformula. Siapa yang berada dibelakang pengolahannya? Di belakang mesin pembuat susu tersebut? Apakah ia bersih? Apakah ia sholat atau tidak?
Sumber dari semua masalah adalah merokok, yang tanamannya ditumbuhkan oleh setan, oleh iblis. Ia menemukannya, ia menanamnya. Setan mengetahu disaat Nabi Muhammad saw ada, maka Setan tahu ia tidak dapat mendekati para sahabat, ia pergi dan menghilang. Grandsyaikh berkata,"Awliya allah mampu melihat iblis dan tahu rahasia mereka, apa yang ditanam iblis, tanaman ini ada dimana-mana. Ketika Nabi Muhammad sallallahu alayhi wasalam tiada, dan generasi sahabah pergi, iblis menampakkan diri berupa orang laki yang merokok untuk menarik orang.
Saat ini banyak ragam rokok untuk menarik orang. Yang sangat mahal dan terbaik ialah cigar Cuba, Havana. Ada lagi semua produk yang berasal dari tanaman beracun itu, selain itu cara pembuatannyapun berbeda-beda agar kaum muda tertarik dan kemudian menghancurkan hidup mereka. Merokok adalah akar dari semua permasalahan.
Beliau berkata saat ini, semoga Allah melindungi kita, beliau melindungi para murid kita dari hal merokok. Hampir semua murid Mawlana Syaikh Nazim qs tidak merokok karena beliau sudah menjelaskan bahayanya tanaman ini…
Hal ini harus dicegah, para muridnya tidak ada yang merokok, hanya beberapa yang saya lihat, maka dari itu saya bilang 'hampir'. Beberapa mengatakan: 'tidak, kami tidak merokok", karena itu penyebab kanker.
Sekarang ini di negara maju di tempat umum banyak larangan merokok. Kalau anda pergi ke Negara Dunia Ketiga, kalian akan temukan banyak perokok , di Negara Barat mereka berhenti merokok karena tahu bahanyanya. Di Negara muslim, mereka merokok dan lebih banyak yang merokok. Satu batang rokok ke batang lainnya. Di Libanon, Bangladesh, Turkey, semua Negara muslim……….. subhanaallah, mereka kecanduan rokok. Siapa yang mendapatkan keuntungan? Perusahaan rokok. Mereka mengambil uang anda.
Mereka bertanya Anda merokok? Tidak! Karena merokok adalah buruk. Tapi apa yang ditangan anda? Bukan, ini bukan rokok tapi marijuana. Oh, marijuana! Tidak apa-apa kata kalian! Tapi merokok adalah buruk. Begitulah tipu muslihat setan, ia tahu orang akan meninggalkan merokok dan ia membawakan yang lain. Orang miskin yang saya tahu di Libanon, mereka tidak punya uang untuk beli rokok, jadi apa yang mereka lakukan?... Mereka pergi ke sekolah, menyerut pensil sampai keluar hasil serutan kayunya, kemudian mereka bungkus jadi rokok. Mereka tidak punya uang...
Disekolah lanjutan di Libanon mereka memberikan pensil gratis. Subhanallah, lihat berapa besar ego mereka, memperlihatkan diri merokok di jalanan. Berapa besar uang untuk membeli rokok, betapa sulitnya mengendalikan keinginan merokok dan mempertontonkan pada manusia, juga mengendalikan ego manusia.
Siapapun yang terlindungi dari merokok, secara umum, adalah bukti kegembiraan Allah terhadap mereka. Allah swt bersifat "Jalil", dan Allah swt senang dengan mereka yang tidak merokok. Yang melaksanakan kewajiban agama tetapi tidak merokok, Allah senang dengan mereka. Yang melakukan kewajiban agama tetapi tetap merokok, maka ia berada dibawah kendali setan dan siapa yang dibawah kendali setan, maka iblis ingin menghancurkan.
Beliau juga berkata, bahwa banyak syaikhh, banyak suyuk, yang berpendidikan, berintelektualitas dan tahu hadist Nabi saw, semua yang berbahaya harus dimusnahkan, kalau melihat kalajengking, bunuh! Akan menggigitmu. Kalau melihat ular, bunuh! kullu mudarin, lihat semua yang berbahaya, bunuh, kalau lihat tikus, bunuh karena membawa virus rabies. Jangan bilang tidak , hanya seekor tikus yang manis.
Jadi apapun yang mudarat, harus musnahkan karena berbahaya. Di rumah sakit ada larangan merokok, di pesawat ada larangan merokok, karena ada yang merokok dan yang tidak. Mereka mengerti kata, No!... Di Negara Arab, ada toilet yang terpisah untuk perokok dan bukan perokok…
Di hari pengadilan, para perokok harus pergi ke sisi kiri dan yang bukan perokok ke sisi kanan. Sisi kiri adalah komunis dan para Perokok. Dan disaat itu yang merokok dan bukan perokok, dihari Mahsyar itu mereka tidak bisa berbohong. Bukan perokok di sisi kanan. Orang-orang yang berada di sisi kanan, orang-orang dengan tingkatan tertinggi. Beragam kehormatan mereka peroleh lewat larangan yang dijauhi, kewajiban yang dilaksanakan, shalat-shalat apapun yang dikerjakan dan mereka bukan perokok.
Orang yang melaksanakan kewajiban agama tapi merokok, mereka adalah budak, bahkan setelah berganti bajupun mereka tetap bau asap rokok. Bagaimana mereka bisa mengganti organ paru-paru mereka, tidak bisa. Allah membawa anda mati dalam keadaan badan anda berbau rokok. Paru-paru anda berbau dan malaikat tidak akan ada yang mendekat.
Sekarang siapa yang mendekat, malaikat menengok kearah neraka karena setan diciptakan dari hal-hal seperti rokok itu. Allah, berkata setan bisa mengambil bau itu, sekarang anda sedang dalam proses pembersihan dan Allah tahu pembersihan apa yang anda butuhkan…kalau anda ingin bersih, tinggalkan merokok, karena, seperti yang dikatakan Grandsyaikh bahwa merokok adalah akar dari semua masalah.
Maka dari itu, anak-anak awalnya bisa memiliki pandangan tembus dan melihat malaikat tapi lambat laun mereka terselimuti oleh semua lingkungan sekitarnya, oleh susu atau asupan berformula, oleh bakteri. Apa yang telah mereka campur kedalamnya? Siapa yang membuat dan memberikan makan mereka.
Dan beliau mengatakan bahwa saat ini ada Syuyuk besar yang merokok dan mereka sangat bahagia dengan rokoknya, Saya bertanya kenapa mereka tidak membawa satu toples madu, paling tidak rasanya lebih enak daripada rokok, tetap saja mereka lebih memilih rokok hasil tanaman setan…Apa yang anda pilih? Kalau anda meletakkan madu dan rokok, mana yang akan anda pilih? Rokok atau madu? Madu memberikan rasa manis tapi orang mengejar hal kotor dan meninggalkan yang asli, manis dan baik. Inilah perbedaan antara dua syaikh yang berbeda, syaikh yang bersifat wali pilih madu, syaikh yang merokok pilih tanaman setan itu.
Meski ia berpengetahuan tetapi tetap tak ada cahaya pada ajaran mereka. Awliya Allah memiliki cahaya karena mereka tidak merokok, syaikhh siapapun yang merokok, maka mereka bukan wali, meski ia memiliki keajaiban ia bukanlah seorang wali, karena setan bermain kotor dengannya.
Suyuk/Guru yang merokok ini, meski mereka berpengetahuan, mereka tidak membelanjakan uangnya pada anak dan keluarganya, bahkan ketika anak-anaknya lapar, mereka tidak bisa berhenti merokok, seperti seorang pecandu alkohol, mereka tidak bisa berhenti, mereka kecanduan rokok. Ia mengorbankan anak dan keluarganya tapi ia tidak bisa mengorbankan rokoknya. Di pesawat ada larangan merokok di kamar kecil, ada detektor yang mengawasi. Bagaimana dengan malaikat, bukankah mereka memiliki detektor yang lebih canggih. Mendeteksi orang yang bersembunyi dari anak dan keluarganya untuk merokok.
Kita tidak akan mengatakan darimana asal tanaman setan itu. Percaya itu! Dan kita percaya bahwa tanaman itu sangat kotor tapi dibungkus dengan manis, bahkan dengan madu agar berasa enak, begitulah cigar Havana yang terkenal itu. Sekarang, sewaktu orang merokok, orang bertanya rokoknya rasa apa? Kita ingin tahu. Ada yang mau? Semoga, Allah melindungi anda semua. Mereka mengatakan, yang ini diramu dengan madu, yang ini tidak.
Mereka membuatnya organik dan alami. Kalau diramu anda meracuni rokok, maka mereka ingin alami saat diisap dengan bau enak. Dicampur dengan tangan, dan karena ada cara meramu dan menghasilkan rokok dengan dilempar keatas, mereka sebut tataim.Dan Syaikh Abdullah Faiz qs berkata, ini merupakan pengaruh/bala terbesar yang menimpa ummah, kalau tidak karena ampunan Allah, semua akan berada dibawah kekuasaan setan, aturan setan dan kekuatan iblis. Insya Allah, kita akan teruskan setelah dzuhur. biHurmati habib bi hurmati fatihah.
Wa min Allah at Tawfiq.
Diambil dari Sufilive.com



Menjaga Hati




Artikel dan Tulisan - Sohbet

Bersumber dari Mawlana Syaikh Muhammad Nazim Adil Al-Haqqani
Thursday, 14 August 2008
Semoga Allah Yang Maha Kuasa memberikan kepada kita kearifan yang berasal dari hadirat-Nya, karena kita mungkin saja memiliki pengetahuan, tapi jika tidak mempunyai kearifan…, pengetahuan tidak akan berguna. Kita membutuhkan kearifan, dan sebuah kearifan yang “kecil” adalah lebih penting dari semua pengetahuan yang ada di dunia ini. Pengetahuan tidak dapat mendorong ataupun menarikmu, tapi kearifan bisa. Dalam sebuah kearifan terdapat kekuatan. Oleh karenanya, pengetahuan tanpa kearifan tidak dapat memberikan kegunaan apa-apa.
Jika pengetahuan dapat memberikan kegunaan bagi seseorang, hal itu akan memberikan kegunaan bagi syaitan. Dia (Syaitan) hebat dalam pengetahuan, mengetahui tentang injil, mengetahui tentang taurat, mengetahui tentang zabur, dan juga Al-Quran yang suci. Tidak ada ilmuwan yang dapat menandingi syaitan; syaitan muncul terlebih dahulu, dia mengetahui banyak hal! Tapi tanpa kearifan, maka dia terjatuh. Maka, tidaklah begitu penting untuk belajar begitu banyak hal, mengetahui berbagai hal, tapi adalah hal penting untuk memohon kearifan kepada Allah Sang Maha Perkasa. Walaupun bentuknya hanya sebuah kearifan, itu akan cukup untukmu selamanya, untuk mengantarkan engkau kepada kesenangan, dan ketentraman di dunia maupun akhirat, untuk menggapai rasa sayang dan suka dari Tuhanmu.
Allah Sang Maha Perkasa “mengirimkan” 6666 ayat dalam Al-Quran. Setiap ayat adalah seperti lautan yang tiada bertepi, dan lautan itu penuh dengan mutiara yang sangat berharga. Tapi jika mutiara dapat ditemukan dengan mudah, maka dia akan murah, tidak berharga. Mengapa mutiara berharga, mempunyai nilai? Karena mutiara didapat di lautan yang sangat dalam, dan di tempat yang sangat berbahaya. Allah Sang Maha Kuasa selalu membuat sesuatu yang berharga dan bernilai, terjaga… terlindungi, maka dia tidak dapat dicapai dengan mudah. Sekuntum mawar tanpa duri, dan harta karun tanpa “naga”- tidak!
Apapun yang dapat engkau dapati dengan mudah, adalah murah. Engkau dapat membeli tomat, kentang, bawang, disemua tempat, tapi batu rubi, berlian, mutiara, tidak dapat ditemukan disetiap tempat, walaupun engkau akan menemukan begitu banyak kaca. Dan dari lautan, kalian dapat mengambil ikan, dapat mengambil kerang, bahkan sang laut melemparkan kerang ke pantai, tapi… tidak pernah mutiara! Dan setiap ayat Al-Quran adalah seperti lautan yang tiada bertepi. Hanya orang yang mempersiapkan dirinya untuk menyelam kedalamnya yang akan dapat.
Bagaimana bisa seseorang menyelam kedalam lautan dengan berpakaian seperti ini? Tidak ada orang yang ingin menyelam kedalam lautan, memakai pakaian. Orang ingin melepaskan semua yang dia bisa lepas untuk menyelam. Dan untuk “Lautan ayat Al-Quran”, kalian harus melepaskan segalanya, barulah kalian bisa menyelam kedalamnya.
Apa yang kita lepas? Tentu bukan barang-barang seperti baju ini. Kalian harus melepaskan semua yang menjadi milik dunia ini dari hatimu, kalian harus melepaskan dari hatimu, “dunia”, kesenangan-kesenangan duniawi. Dan kalian harus mengetahui apa itu dunia.
Semua yang mengambil “tempat” dalam dirimu ataupun mengikat dirimu (sehingga terpisah) dari Tuhanmu dan kalian mendapat kenikmatan darinya, itulah dunia. Semua hal yang mengambil tempat dalam diri seorang “pelayan” dari Tuhannya, itulah dunia. Ini adalah hal terpenting untuk semua orang, bagi setiap orang yang percaya, tidak soal apakah keimanannya itu Yahudi, Kristen ataupun Islam. Ketika Allah Sang Maha Kuasa “melihat” kedalam hatinya, oleh apakah hatinya itu terisi?
Allah Sang Maha Kuasa tidak melihat gelar yang kita taruh disini (didada), tidak!. Dia melihat kedalam hati kita, dan melihat apa yang mengisinya. Apakah hati itu terisi “hanya” oleh-Nya ataukah oleh dunia?
Kalian harus tahu bahwa Allah Sang Maha Kuasa memberikan ijin untuk semua bagian tubuhmu untuk “bekerja”, untuk terkait dengan kehidupan ini, “terkecuali” hatimu. Kalian mungkin “terikat” dengan tubuhmu; tidak masalah, karena kita hidup didalam kehidupan seperti ini, dan tentulah kita mempunyai beberapa tanggungjawab. Allah Sang Maha Kuasa memberikan ijin kepada organ-organ tubuh kita untuk bergerak, datang dan pergi, untuk melihat-lihat, untuk melakukan berbagai hal, tapi Dia “berkata”, “Hanya hatimu…, jangan biarkan ia terikat oleh dunia”
Tetapkan hatimu, hanya… dan hanya untuk Tuhanmu, dan Dia akan suka kepadamu. Dan ketika Dia suka kepadamu, Dia akan membuatmu suka terhadapNya. Itulah “sa’adat al-kubro”, sebuah kenikmatan yang paling tinggi!. Engkau akan diberikan kesenangan yang tidak berbatas, ketika Allah Sang Maha Kuasa membuat kita senang.
Kita memohon agar Dia suka terhadap kita, kita mencoba untuk membuat Dia senang dengan kita. Semuanya, selain hal itu, tidak membuat Tuhan kita suka terhadap kita. “Rasa suka” Allah Yang Maha Kuasa kepada hambanya “tercurah penuh”, ketika hambanya itu memberikan hatinya kepada Dia…, Allah Sang Maha Kuasa.
Tapi itu bukanlah hal yang mudah. Itu adalah perintah tersulit dan suatu bentuk ibadah yang paling penting. Dan…, setiap bentuk ibadah dan sholat yang kita kerjakan dengan tubuh ini, sebenarnya adalah untuk memenuhi tujuan itu, “ibadah tubuh” itu “hanyalah” untuk “mentransfer” dari tubuh menuju hati kita, karena segala bentuk peribadahan adalah berarti memberikan respek/perhatian kepada Tuhan kita (dan memberi perhatian itu adalah pekerjaan hati).
Kita dapat memberi respek/perhatian dengan tubuh kita, namun bentuk perhatian itu pasti mempunyai keterbatasan. Tapi buat orang yang memberi perhatian dengan hati, maka perhatian itu tidak mempunyai batas. Dan kita diperintah untuk menyembah, berbakti dan beribadah kepada Tuhan kita, tanpa batas. Kita tidak dapat melakukan hal itu dengan tubuh ini, tapi kita bisa melakukannya dengan hati.
Itulah suatu bentuk kearifan untuk diketahui dan untuk dikerjakan. Dan itu cukup untuk kita, dibandingkan dengan mempelajari beribu-ribu buku, dan membuat “gudang” pengetahuan. Lalu kalian tidak bisa membawanya, “gudang pengetahuan” itu menjadi terlalu berat dan akhirnya berubah menjadi beban. Tapi hal itu (pokok pembicaraan diatas) adalah suatu kearifan yang sederhana, yang membuat kita melangkah maju menuju Tuhan kita. Dia mengundang kita, dan kita harus melangkah maju menuju-Nya.
Allah Sang Maha Perkasa, memilih diantara hamba-Nya untuk diberikan kearifan Ilahiyah-Nya. Ketika Dia melihat hati hambanya dan melihat “diri-Nya” dan hanya “diri-Nya Seorang”, Dia memberikan karunia kepada orang itu yang berasal dari kearifan Ilahi. Tapi jika ada orang yang mempersembahkan hatinya untuk dunia, untuk “nafs”nya, maka orang itu mungkin saja diberi pengetahuan yang banyak…, namun tanpa nilai guna. Itulah mengapa Rasul Saw, memohon kepada Allah Swt, “ilman naf’ian”, pengetahuan yang memiliki nilai guna – dan itu adalah hikmah…, itu… adalah kearifan.
Jalan ini tidak mudah, tapi kita harus mengusahakannya. Pertama-tama, kalian harus “memangkas” keinginan egoistis, dan kalian harus memberikan “garis batas” bagi egomu, dari hasratnya. Jika kalian membiarkan egomu…, “nafs”mu…, bebas… lepas…, maka kalian tidak akan menemukan “garis batas” darinya, dari hasratnya…, sehingga dia akan selalu mengisi dirimu, dan membuat dirimu berubah menjadi budaknya, dan tidak ada waktu lagi untuk memberikan pelayanan untuk Tuhanmu, untuk beribadah kepada Tuhanmu…. Itulah mengapa, kita harus memberikan “garis batas” kepada “nafs” kita, kepada hasratnya. Dan kini kita hidup dalam waktu dan tempat dimana semuanya… semua hal, mendorong dan memaksa ego kita untuk meminta lebih, dan lebih banyak lagi, hasrat yang tiada batas.
Pertama, kita harus menghentikan hal itu. Kalian harus berkata: “Inilah batasmu” – dalam makan, dalam minum, dalam berpakaian, dalam bekerja…, karena semua kitab suci datang dari Ilahi dengan membawa perintah untuk “memberi batasan” kepada anak cucu Adam as, dan ini adalah hal baik, suatu hal yang dikenal dengan nama “halal” dan “haram”, hal yang boleh dan tidak boleh.
Allah Sang Maha Kuasa, menentukan batas. Jangan melanggar batas-batas itu! Dan jika kalian tidak menegakkan tanda-tanda batas itu, maka pasti kalian akan melanggarnya. Dan semua syariat, adalah ditujukan untuk semua orang, untuk setiap anak cucu Adam as. Setiap orang mempunyai kewajiban untuk mengerjakan syariat itu, hukum Ilahi yang suci.
Allah Sang Maha Kuasa, mengetahui ego kita dan semua hasratnya. Dia tahu hal itu dengan sempurna. Jika tidak ditancapkan sebuah batas, maka hal itu akan sangat berbahaya dan kacau balau. Langkah pertama adalah bagaimana mengetahui batasan-batasan itu. Jangan biarkan egomu merengek…, meminta darimu tanpa batas!
Dalam bulan suci Ramadhan, puasa mengajarkan diri kita bagaimana agar kita sanggup memberikan batas bagi hasrat ego kita. Itulah mengapa, puasa adalah bentuk ibadah yang paling penting. Tanpa bentuk peribadahan seperti itu, tidak mungkin, untuk “berdiri di depan” egomu, untuk mengarahkannya, untuk menundukan dan menyuruhnya, “Lakukan ini, jauhkan itu!”. Jika kalian tidak dapat melakukan hal itu, berarti kalian lemah dan ego kalian akan menunggangi dirimu, dan mengajakmu kemanapun dia suka, dan hal itu sangat berbahaya sekaligus kacau balau. Itulah mengapa, puasa adalah pintu utama untuk setiap bentuk peribadahan, karena akan menjadi tidak berguna, melakukan ibadah, namun kita tidak dapat “berdiri di depan” ego dan menundukkannya.
Dan ketika kita melangkah maju menuju Allah Sang Maha Perkasa…, ketika seorang hamba memohon kepada Penguasanya, dan pergi menuju hadiratNya, Dia… Allah, akan menjadikan “kehendak Ilahiyah-Nya” menghampiri sang hamba itu. Ketika kalian berjalan satu langkah menuju “tujuan”mu, Allah menyuruh “tujuan”mu untuk mendekat sepuluh langkah.
Kadang-kadang “tujuan” kita itu datang begitu dekat. Kita mungkin dapat mencapainya jika kita dapat maju satu langkah lagi, tapi ego kita, “nafs” kita, memotong langkah ini. Ketika hal itu terjadi, kita akan menemukan diri kita terpental jauh. Kita tidak memperhatikan hal-hal kecil, tetapi mereka (hal-hal tersebut) memberikan kita begitu banyak bahaya, membuat kita menjadi seperti saat kita baru mulai melangkah…, terjatuh.
Itulah mengapa, setiap orang yang percaya (orang beriman), setiap muslim, harus tahu hal itu, ketika dia sedang berjalan menuju Tuhannya, ada empat musuh yang mengelilinginya, untuk membuat dirinya “berbelok” dari jalan itu. Ketika kalian ingin berjalan satu langkah, 100 syaitan datang untuk mencegah dirimu untuk melakukan langkah itu. Lalu…, 1000 syaitan menyerang, untuk membuat dirimu kembali.
Kalian tidak dapat melakukannya tanpa kekuatan Tuhanmu. Itulah mengapa kita mengucapkan, “La hawla wa la quwwata illa bilLah al ‘Aliyul Azhim” (tiada kekuatan kecuali bersama Allah, Yang Maha Tinggi dan Maha Perkasa – kalimat yang biasa diucapkan seorang muslim untuk mengekspresikan totalitas ketergantungannya kepada Allah). Kita berkata, “Ya, Tuhanku, kami tidak dapat keluar dari jalan yang sesat untuk berada di jalan-Mu, tanpa kekuatan-Mu, tanpa kehendak-Mu. Ya Allah, berikan kami kekuatan dari Mu, untuk mantap menjejakkan kaki kami di atas jalan-Mu.
Hari-hari di bulan Ramadhan baik siang maupun malam, datang hanya sekali setiap tahun, dan bulan suci itu akan cepat berlalu. Mereka adalah hari-hari “ghanimah” (hari-hari yang penuh keberuntungan), hari-hari yang penuh harta karun, penuh dengan hal-hal yang berharga, dan hari-hari dimana pintu-pintu lautan rahmat Allah terbuka lebar. Dan Tuhan kita, sedang menunggu kita…, agar kita memohonkan lebih… dan lebih banyak lagi rahmat dan kekuatan-Nya, serta lebih… dan lebih banyak lagi pertolongan Ilahi untuk diri kita.
Kalian harus meminta, khususnya selama 1/3 bagian terakhir bulan suci Ramadhan, dimana terdapat sebuah malam yang menjadi malam yang penuh dengan kekuatan, “Laylat al Qadr” (malam itu dperingati setahun sekali dengan ibadah sepanjang malam) – lebih khusus kita harus “mencari” malam itu. Untuk mencari “perwujudan” itu, dimalam suci itu, dan itulah tujuan selama kehidupan kita, dan bagi orang yang diijinkan untuk mendapatkan malam itu…, Allah Sang Maha Perkasa menjadikannya ada didalam perlindungan ke-Ilahiyahan-Nya.
Seseorang yang menemukan “malam yang penuh kekuatan” itu akan dianugrahi Tuhannya lautan rahmat yang tiada bertepi, dan kebaikan yang juga tiada batas, dan dia terlindung. Jika para Nabi adalah orang-orang yang tidak berdosa (menurut tradisi Islam, para Nabi terbebas dari sifat buruk, dan tidak mempunyai dosa besar), maka orang yang menemukan malam itu akan mempunyai sifat sebagai orang yang terlindungi. Dan bagi orang yang terlindungi oleh perlindungan Ilahi, adalah tidak mungkin bagi syaitan untuk datang dan mengeluarkannya dari perlindungan itu.
Kita harus mencoba, tapi kita adalah manusia yang memiliki iman lemah untuk mampu menemukan malam itu, tapi kita bermohon kepada Allah Swt, untuk menganugrahi kita barakah malam itu, itulah sebuah anugrah, dan barakah itu akan memberi perlindungan kepada kita, selamanya.
Diambil dari Liberating The Soul Vol-1, guarding your heart…





Copyright © 2008 Madadulhaqq.Net: Portal Komunitas Naqsybandi Haqqani di Indonesia. All rights reserved.
Designed by madadulhaqq.net


Allah sebagai Tumpuan Puncak Kesadaran Kita




Artikel dan Tulisan - Sohbet

Bersumber dari Syaikh Mustafa Haqqani
Thursday, 14 August 2008
A'uudzubillaahi minasy syaythaanir rajiimBismillaahir rahmaanir rahiimAllaahumma shalli 'alaa Sayyidinaa Muhammadiw wa 'alaa aalihi wa Shahbihi ajma'iin
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh
Allah Allah Azis Allah Allah Allah Subhan AllahAllah Allah Sulthon AllahAllah Allah Karim Allah
Saudara-saudariku,Mari kita rentas tali hubungan yang hidup antara kita dan Allah untuk menghidupkan majlis ini, untuk membuka antenna parabola kita supaya yang dibilang oleh Prof. Dr. Amin Syukur tadi bisa di clearkan. Beliau bilang dengan rendah hati meminta maaf tidak bisa menyambut dengan sebaik-baiknya, tapi yang beliau berikan sudah lebih dari apa yang kita semua dapat capai, karena beliau menyambut kita dengan doa. Moga-moga ridho Allah terlimpah kepada kita. Apa ada hal yang lebih baik dari yang dibilang Pak Amin ? Tidak ada, sudah sangat bagus sekali. Tapi begitulah saudara-saudariku kita harus mengambil posisi dan memproposisikan diri dikehidupan kita. Mari kita tarik dan kita rentas hubungan real antara kita dengan Allah.
Allah Allah Azis Allah
Duh Gusti kulo niki hina, mboten wonten napa-napane (Ya Allah, saya ini hina, tidak mempunyai apa-apa). Aku adalah kesempurnaan dari ketidak berdayaan diri. Engkaulah yang maha Perkasa. Engkaulah yang Maha Suci. Monggo di gesangake (mari kita hidupkan) pertalian antara dua titik (hamba dan Allah) yang kita hidupkan dengan tulus. Itulah Islam, itulah penghambaan diri kita kepada Allah. Itu awal dari langkah kita untuk menjemput rahmat Allah. Rahmat memang diturunkan kepada kita, seperti partikel di udara, tak terbilang, tak pernah terhenti. Begitu ada ruang kosong, masuk dia (baca: udara). Itulah rahmat Allah. Rahmat yang mengimplikasikan barakah ridho dan keabadian karunia di alam baqa, yang bermula dari karsa. Karena itu kita sudah dimerdekakan oleh Allah untuk membangun sendiri karsa dikehidupan. Kita berada dalam track kehidupan yang seperti itu.
Allah Allah Allah Allah Karim Allah
Oh… Allah…kehidupanku, kehidupan kami adalah suatu sense, suatu kesadaran mengenai mengenai kefakiran dan kebutuhan yang tiada pernah henti. Suatu kebutuhan belum tunai, datang kebutuhan lain. Aku dan kami tak berdaya Ya Allah. Engkau beri suatu gita dalam kehidupan kami untuk selalu butuh, padahal kami lumpuh, buntung, tidak apapun, tapi untung Engkau maha kaya dan pemurah. Engkau suruh kami untuk hidup secara baik dan benar begitu diberitahukan oleh kekasihmu Muhammad, yang selalu kami lupa. Kau suruh kami untuk menjadi baik dan benar., Kami sedang membangun keyakinan. Mana mungkin kami berjalan dengan baik dan benar bila Engkau tidak akan mencukupi kami. Yang tidak kami mintapun Engkau memberi.
Allah Allah Subhan Allah
Duh Gusti Kulo niki keliru terus Gusti. Mboten leren-leren. (Ya Allah, kami ini banyak salahnya, terus menerus berbuat salah). Maju sedikit mandur banyak, maju sedikit mundur banyak lagi, maju sedikit mundur banyak lagi. Akhirnya kemunduran yang aku jalani. Hakekat kehidupan kita ini adalah suatu kemunduran yang tidak bisa dibendung. Untung Engkau Maha Suci, memberi aku, memberi kami semua suatu track kehidupan yang positif “ Innaa sholata kaanat ‘alal mu’miniinaa kitaaban mauquta.” Engkau jaga kami dengan periode yang begitu close circuit, keliru Engkau hadang dengan tasbih, Engkau beri, Engkau luberkan kecucianMu, Engkau ajari kami bahwa ketika Nabi Muhammad dulu lahir, terlahir didunia ini dengan karsa serta manifestasi dari rahmatMu, seluruh isi cakrawala bertasbih. Subhanallah Walhamdulillah Walaa illaahaillallah Allahu Akbar. Engkau suruh kami untuk berada dalam close circuit dikehidupan ini bernyanyi bersama malaikat untuk meraih dan menggapai Nabi Muhammad. Maha Suci Engkau Ya Allah.
Allah Allah Allah Allah Sulthon Allah
Engkau adalah puncak kesadaranku Ya Allah. Engkau adalah sulthan, sulthan diantara sulthan-sulthan yang ada. Abadilah Engkau dipusat kesadaranku Ya Allah, bahkan di akar kesadaranku.
Saudara-saudariku,Ketika aku dan kamu telah beranjak lebih maju untuk mengabadikan Allah sebagai tumpuan di puncak kesadaran kita, itulah dzikir, itulah Islam, itulah Ihsan. Anta buddallah kaanaka taroohu fainlam takun taroohu fainnahu yarooka (Ihsan adalah engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihatNya, dan jika engkau tidak melihatNya sesungguhnya Dia melihatmu). Kapan aku dan kamu punya prakarsa untuk mengahadirkan Allah dalam ruang lingkup consciousness/ kesadaran kita. Itulah masalah kita.
Saudara-saudariku,Aku adalah ‘hadam’ (peladen, kacung, pelayan) dari tarekat naqshbandi. Kalau disebut “Haqqani” hanya karena Mursyid-ku adalah Muhammad Nazim Adil Al Haqqani, sulthanul auliya hadzihiz zaman, artinya siapa diantara kalian disini yang telah related dengan Tarekat Naqshbandi, that means “same with me”. Mau khodiriyyah naqshbandi, sama. Mau naqshbandi kholidiyah, sama. “Naqshbandi”. Naqshbandi adalah sesuatu yang menjadi sebutan attributive untuk menghadirkan Allah dengan sistematis yang kalau mau diungkap gambarannya dengan abstrak akan menyebabkan jidat kita berkerut. Aku mau bercerita, dan dengarkanlah dengan tawajuhmu, saudara-saudariku.
1427 tahun yang lalu ketika Rosulullah SAW harus hijrah ke Madinah. Beliau mengajak Sayyidina Abu Bakar orang yang sangat dekat dengan Beliau untuk menjadi pendamping Beliau dalam perjalanan menuju ke Madinah. Sayyidinia Abu Bakar dengan penuh adab yang bersungguh, kata kuncinya dengan “Penuh Adab yang Bersungguh”, di ajak ke Madinah. Harusnya dari kediaman Beliau berjalannya adalah ke Utara, karena Madinah secara geografis terletak di Utara dari Mekah, tetapi Rosulullah berjalan menuju ke Tenggara. Sayyidina Abu Bakar boro-boro (baca : tak sedikitpun) complain (mengeluh), criticizing, bertanya pun tidak, jare nang (katanya menuju) Madinah, lha kok ngidul (kenapa lewat Tenggara). Itu cerminan dari Adab. Dengan penuh kecintaan, Sayyidina Abu Bakar yang lebih tua dari Rosulullah, yang punya kelayakan psikologis untuk mempertanyakan, untuk meminta kejelasan seperti yang barangkali terjadi dalam kehidupan kita sekarang yang menjadi ruh dari reformasi, segala hal dipertanyakan sehingga batasan antara adab dan tidak adab, luber, hilang. Sayyidina Abu Bakar tidak bertanya, Beliau ikut saja apa yang dibuat oleh Rosulullah, karena di hati Beliau ada “CINTA” dan PERCAYA” dan sesuatu yang tidak lagi perlu “TAWAR MENAWAR”. Rosulullah, Al Amin, tidak pernah keluar dari lidah Beliau sesuatu yang tidak patut tidak dipercaya. Pribadinya penuh pancaran kecintaan. Mencintai dan sangat pantes dicintai. Pribadinya begitu rupa menimbulkan ‘desire’, suatu kerinduan. Ini sebenarnya yang menjadi sangat penting untuk dijelaskan.
Beliau berjalan, dan Sayyidina Abu Bakar mengikuti. Ketika akan sampai, agak 8 km dari arah Masjidil Haram, baru Sayyidina Abu Bakar sadar. “Ooo … mau istirahat ke Jabal/Gua Tsur, karena sudah mendekati Gunung Tsur. Ketika Rosulullah naik, Oooo…kesimpulan Sayyidina Abu Bakar, with no curiousity, tidak dengan rewel, tidak dengan mempertanyakan, memaklumi.
Islam adalah tuntunan dari Allah Ta’ala. Pertama-tama kita bukan ‘ngerti’. Pertama yang harus kita buat adalah Cinta, menghargai, kesediaan mematuhi dengan sangka baik. Tanpa kaca mata tersebut, kita tidak akan mengerti Islam. Islam hanya menjadi “The Matter of Transaction”, tawar menawar. Itu tidak terjadi pada Abu Bakar. Begitu Rosulullah mau naik ke arah gua, di Jabal Tsur itu, maka kemudian Beliau (Abu Bakar) menarik kesimpulan “Oooo …Rosulullah mau istirahat di Gua Tsur.” Beliau (Abu Bakar) mengerti sebagai orang gurun, tidak akan pernah ada lubang bebatuan digunung, pasti ada ular berbisanya. Itu ‘Reason’, pikiran digunakan sesudah Cinta, sesudah tulus, sesudah bersedia untuk patuh. Itu namanya pikiran yang Well Enlighted, pikiran yang tercerahkan, bukan pikiran yang cluthak (pikiran liar), yang bisa bertingkah macam-macam menimbulkan problem. Beliau Abu Bakar kemudian mendekati Rosulullah, “Kasih aku kesempatan masuk. Rosulullah dan Abu Bakar, interespecting, saling menghargai. Sayyidina Abu Bakar masuk gua. Gua itu kecil kalau diisi 3 orang, Pak Joko, Pak Amin dan saya (Syaikh Mustafa), barangkali sudah kruntelan disitu, kayak bako susur yang dijejel-jejelkan (dimasukkan) ke mulut. Sayyidina Abu Bakar masuk, beliau cari, bener ada lubang disitu. Beliau buka slippernya/ sandalnya, ditaruhnya kaki kanannya di mulut lubang itu. Dengan cinta, Beliau korbankan kakinya untuk Rosulullah. Beliau tidak mau Rosulullah digigit ular. Akhirnya kakinya di catel, digigit oleh ular. Kemudian Beliau bilang, Silakan Masuk Rosulullah dengan penuh cinta, dengan penuh pengorbanan dan husnudzon. Rosul masuk dan berbaring dipaha Abu Bakar. Rupanya Rosulullah terkena angin sepoi-sepoi pagi. Beliau tertidur. Ketika Beliau tertidur, ketika itu pulalah Abu Bakar menahan bisa dari ular yang sudah mulai menjalar ke seluruh tubuh. Abu Bakar berkeringat, dan diriwiyatkan bahwa keringatnya sudah berisi darah. Tetesan keringat Abu Bakar mengenai Rosulullah. “Nangis kamu,” kata Rosulullah. “Tidak, jawab Abu Bakar, kakiku digigit ular.” There was something happen. Ditariknya kaki Abu Bakar dari lubang itu, maka kemudian Rosulullah membentak si Ular “ Hai…Tahu nggak kamu, jangankan daging, atau kulit Abu Bakar, bulunya pun haram sama kau.” Dialog Rosulullah dengan Ular itu didengar pula oleh Abu Bakar As Shidiq, berkat mukjizat Beliau. Jawab si Ular “Ya aku ngerti kamu, bahkan sejak ribuan tahun yang lalu ketika Allah mengatakan “Barang siapa memandang kekasihKu-Muhammad- fi ainil mahabbah / dengan mata kecintaan”, Aku anggap cukup untuk menggelar dia ke surga. Kata Ular “ Ya Rabb, beri aku kesempatan yang begitu cemerlang dan indah. Aku (ular) ingin memandang wajah kekasihMu fi ainal mahabbah. Jawab Allah “ Silakan pergi ke Jabal Tsur, tunggu disana, kekasihKu akan datang pada waktunya. Ribuan tahun aku menunggu disini. Aku digodok oleh kerinduan untuk jumpa engkau, Muhammad. Tapi sekarang ditutup oleh kaki Abu Bakar, maka kugigitlah dia. Aku tidak ada urusan dengan Abu Bakar, aku ingin ketemu kamu, ya Muhammad. “Lihatlah, ini lihatlah wajahku, kata Rosulullah.” Ular itu memandang Rosulullah dengan penuh kecintaan, sesudah itu matilah dia. Datang ajalnya yang ma’tub, meninggal dengan sempurna. Ular itu telah mendahului kita untuk menyimpan rindu untuk bertemu Rosulullah ribuan tahun yang lalu. Aku dan kamu setiap hari secara mauqut diberikan kesempatan untuk mengucapkan “Assalamu’alaika ya ayyuhan nabiyyu warahmatullah”. Tapi with no sense, with no heart, belum sempat Rosulullah kita pindahkan ke perasaan, ke hati kita, belum sempat akherat kita hadirkan ke dalam rasa kita Bagaimana aku dan kamu bisa menjadi ‘abid, bagaimana aku dan kamu menjadi shakir, bagaimana aku dan kamu menjadi muttaqiin dan seterusnya dan seterusnya. Itulah persoalan kita. Maha mulia Allah yang memberi kita rahmat dan taufiq pagi ini, supaya aku dan kamu berkhitmad.
Sesungguhnya persoalan hidup kita sederhana, berhentilah dari lalai, berhentilah dari sembrono, berhentilah dari kebiasaan suka menunda, berhentilah dan keluar dari benua tidak tanggung jawab. Kalau ada kewajiban untuk membersihkan, kenapa harus nyuruh orang, kalau itu bisa dilakukan sendiri. Sedangkan kalau ada keenakan, cepat-cepat ditarik dan dimasukkan ke kantong sendiri. Keluarlah aku dan kamu, saudara saudariku dari semua kebiasaan buruk itu.
Nggak ada cerita Islam, nggak ada cerita Iman, nggak ada cerita Ihsan tanpa usaha kita untuk membebaskan diri dari hal yang nista. Kegiatan Abu Bakar As Shiddiq membersihkan diri dari hal-hal yang nista. Ini pelajaran yang sangat essential, bukan textual. Cerita tentang Islam seperti terdeskripsi dalam qur’an, dalam hadits, tidak dapat kita tangkap muatan sebenarnya yang ada didalamnya bila tidak dengan hati, with no sense, with no heart. Gaya hidup di dada Abu Bakar dalam bercinta, dalam berkerendahan hati, dalam berketulusan, dalam berkesediaan untuk patuh, dan untuk membuat pengkhidmatan, itu adalah rukun Islam yang tidak tertulis. Semua ini adalah muatan di dalam kehidupan Rosulullah. Seperti yang saya sebut dengan cerita tadi, ketika sudah mati ular yang mulia itu, Rosulullah meminta jin yang sedang ada di gua itu untuk mengebumikan jenazah ular min ahlil jannah itu. Maka kemudian dikebumikanlah ular itu oleh jin penjaga gua.
Ketika itulah terjadilah kongregasi, dari ruhaniah yang dijemput dari alam barzah maupun alam azali. Semua orang yang sudah barzahi atau yang masih azali ruhnya dihadirkan untuk berkhitdmat, berdzikir kepada Allah Ta’ala, yang mana dzikirnya disebut “Khtm Khwjagan”. Inilah yang disebut “Naqshbandi”. Aku berkhidmat untuk itu. Tarekat itu seperti kemasan permen fisherman ini. Kalau kemasan permen ini dibuka, isinya “Islam Plus Sungguh”. Islam yang cuman textual dan yang spiritually diajarkan oleh Rosulullah, itu tergambarkan begini : “Yang namanya “Ulama adalah orang yang tahu bagaimana mengartikulasikan perintah-perintah Allah yang ada di qur’an dan yang ada di hadits nabi. Seseorang yang punya kapasitas untuk menggambarkan apa-apa perintah Allah. Tapi orang yang tahu menterjemahkan irodah/ kehendah Allah, bukan Amru Allah itu adalah wali. Wali adalah manusia-manusia yang bisa menarik sesuatu yang merupakan dari diri Rosulullah.
Kisah Uways Al QorniKetika Rosulullah mau wafat, beliau berpesan kepada Sayyidina Umar dan Sayyidina Ali agar baju yang dipakainya diberikan kepada Uways Al Qorni Al Yamani. Sayyidina Ali bertanya dalam hati : Siapa dia, begitu istimewanya mendapatkan atensi yang besar dari Rosulullah. Uways Al Qorni adalah orang yang tidak pernah ketemu Rosulullah physically, tapi tidak sedetikpun berpisah dengan Rosulullah. Dia juga sangat mulia pengkhidmatannya pada ibunya. Sayyidina Umar kurang senang mendengar Rosulullah yang dicintai, bicara tentang kematiannya. Setelah Rosulullah wafat dan selesai dimakamkan, Sayyidina Ali bertanya kepada Sayyidina Umar, Ingatkah kau pesan Rosulullah.” Tentu aku ingat pesan Rosulullah untuk berpegang kepada qur’an dan sunnah Beliau. “Bukan itu, jawab Sayyidina Ali, tapi menyerahkan baju yang dikenakan Rosulullah ini kepada Uways Al Qorni. Oh..ya kelalen aku...lupa aku. Keduanya kemudian menuju ke Yaman, suatu kota kecil yang entitasnya kecil. Ketika sampai di Yaman, Beliau Tanya kepada orang-orang disana, dan banyak orang yang tidak mengenal nama “Uways Al Qorni. Rupanya Uways Al Qorni, itu di Yaman, di desanya namanya tidak terkernal, kalau disini seperti “Sarimin” atau “Sariman”. Akhirnya, singkat cerita, keduanya ketemu Uways Al Qorni yang sedang menyulam kurma dengan ibunya. Uways Al Qorni membelakangi Ali dan Umar, tapi bisa mengatakan “Cepat kesini, serahkan baju itu kepadaku. Ali dan Umar heran, tidak melihat kenapa bisa tahu. Lebih heran lagi Uways Al Qorni bisa mengetahui siapa yang sedang berhadapan dengannya, yaitu Ali dan Umar. Berkat kecintaan Uways Al Qorni ini dibukakan oleh Allah Basyirah. Jaid, syarat datang ke Islam adalah membawa kecintaan, karena sudah ditanamkan sejak jaman azali, dan akhlaq yang kita bangun adalah menghadirkan Rosulullah ke dalam diri kita. Uways Al Qorni adalah salah satu sosok yang hidup pada masa Rosulullah, tapi tidak pernah bertemu secara fisik, namun tak sedetikpun terlepas dengan kehadiran Rosulullah.
Allahumma inna nas aluka antas toyyiqabana minal ghaflah ilal khudur amma naka wa ammanar rosul wa ammanal masayih. (Mohon maaf bila kesalahan text kalimat, karena keterbatasan penulis). Ya Allah, aku mohon kepadaMu, bangkitkan aku dari lalai, untuk selalu terus dengan Kamu, dan selalu terkait dengan Rosul, dan selalu terkait Syaikh.
Wa min Allah at taufiqAl FatehahWassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh
Shohbet ini ditulis dengan bahasa asli yang keluar dari bahasa hati Syaikh Mustafa Haqqani melalui rekaman audio yang kami putar ulang. Semoga shohbet ini mengetuk pintu Allah agar wushul dan pintu karat hati akibat dari kelalaian, aniaya diri dan kesembronoan kita. Amiin.


Pentingnya Cinta kepada Syaikh




Artikel dan Tulisan - Sohbet

Bersumber dari Mawlana Syaikh Hisyam Kabbani
Sunday, 27 May 2007
A`udzu billahi min asy-syaitaan ir-rajiimBismillahir Rahmanir Rahim
Nawaytu'l-arba`iin, nawaytu'l-`itikaaf, nawaytu'l-khalwah, nawaytu'l-riyaada, nawaytu's-suluuk, nawaytu'l-`uzlah lillahi ta`ala fii hadzal-masjid
Athi ’Allah wa athi’ur Rasuula wa ulil amri minkum - “Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.” [An Nisaa’ (4):59]
Kita hidup di suatu masa dimana semua orang ingin menarik apapun yang dia bisa kepada dirinya sendiri. Dan dimanapun menemukan sebuah keuntungan, maka dia akan berusaha terjun didalamnya. Dia tidak peduli apakah dibawah nama sebuah agama atau dibawah nama seorang guru atau jika itu dibawah nama sebuah komunitas atau sebuah kelompok, dia ingin berbuat sesuatu bagi dirinya sendiri meskipun hal itu dapat mempengaruhi posisi syaikhnya namun dia bersikeras untuk meraih sebuah tujuan yang ada dalam genggaman tanganya, dan ini berbahaya.
Karena bukanlah pandangan masyarakat yang kau pikirkan ketika memproduksi sesuatu bagi mereka, namun dalam kenyataannya kau membagi cinta mereka menjadi dua. Kau pikir bahwa kaulah bangunan cinta mereka namun kenyataannya kau membagi cinta mereka. Dan buktinya adalah cerita Grandsyaikh kita. Beliau menceritakan bahwa Syaikh Sharafuddin (qs) sedang menyebutkan tentang maqam dan kehormatan yang Allah telah berikan kepada Sayyidina Shah Naqsybandi (qs). Dan pada waktu itu Grandsyaikh sedang khalwat, beliau jatuh cinta kepada Shah Naqsybandi (qs). Beliau berkata ketika Syaikh Sharafuddin berbicara mengenai Sayyidina Shah Naqsybandi (qs) sebagian cinta ditujukan baginya.
Jadi ketika sedang berkhalwat, beliau berkata, ”Aku sudah melihat...” Biasanya istri beliau menjenguk -ini sebuah ruang kayu- ketika beliau sedang berkhalwat, istrinya berada dilantai dasar dan beliau berada diruang dilantai atas dan beliau mengetuk lantai sehingga terdengar oleh sang istri dan dia menyadari sudah waktunya makan dan dia membawakan beliau makanan. Saat berkhalwat kau dibolehkan minum teh sebanyak yang kau mau dan kau diperbolehkan makan satu mangkuk lentil. Dan Grandsyaikh biasanya berkata, ”Tidak pernah aku punya nafsu makan.” Nafsu beliau adalah kecintaan kepada Allah swt, kecintaan kepada sang Nabi (saw) dan kecintaan kepada syaikhnya.
Jadi, masalahnya adalah satu hari beliau tidak mengetuk lantai; 2 hari beliau tidak mengetuk lantai sehingga sang istri mulai kuatir. Mungkin saja beliau wafat. Dia pergi ke Syaikh Sharafuddin (qs) dan berkata, ”Dia tidak mengetuk lantai.” Syaikh Sharafuddin menanggapi, ”Biarkan dia, dia masih hidup namun berada dalam suatu keadaan penglihatan sehingga dia tidak memberi respon kepadamu.” Dan Grandsyaikh, Mawlana Syaikh Abdullah al-Faiz ad-Daghestani (qs) melanjutkan ceritanya:
”Pada saat itu aku melihat seseorang datang dari jendela dan membawaku ke suatu tempat [dan orang itu adalah Shah Naqsybandi (qs)]. Dan kami bergerak dengan kecepatan dimana mata kami memandang ke sanalah kami menuju. Dan kami bergerak dengan kecepatan sangat tinggi selama 3 hari. Sampai kami tiba disuatu tempat, dari ufuk langit aku melihat seseorang, sebuah binatang yang sangat besar datang dan Sayyidina Shah Naqsybandi (qs) berkata, ”Kau tahu apa itu?” (Didepan sang syaikh kalian tidak boleh berkata ’Aku tahu’ meskipun kita tahu. Namun adab -dalam keadaan seperti itu. Aku tidak bicara tentang kehidupan normal, saat sang syaikh bertanya sebuah pertanyaan kepadamu maka kau harus menjawabnya. Jika tidak sedang khalwat atau bukanlah hal yang penting saat sang syaikh bertanya sesuatu yang Islami dan kau menambahkan sesuatu, itu tidak bisa diterima). Tetapi pada suatu keadaan beliau bertanya, ”Siapakah itu, apakah anda tahu siapa dia, dengan binatang itu ada dihadapannya?” Grandsyaikh menjawab, ”Ya Sayyidi -didepanmu- aku tidak tahu.”
Shah Naqsybandi (qs) berkata, ”Tunggu sampai dia mendekat, kemudian kau akan tahu, kau akan mengenalinya.”
Kemudian mereka menunggu dan menunggu dan menunggu sampai dia mendekat dan mereka dapat melihat dengan mata fisik. Dan Grandsyaikh melihat seorang laki-laki menarik seekor binatang besar dengan tali yang dilingkarkan ke leher binatang itu dan beliau bertanya, ”Kau tahu siapakah dia?” Grandsyaikh menjawab, ”Ya Sayyidi, andalah yang lebih tahu.” Shah Naqsybandi (qs) berkata, ”Inilah syaikhmu, Syaikh Sharafuddin (qs), dialah yang menarik binatang itu,” dan beliau melanjutkan, ”Tahukah kau siapakah binatang itu?” Grandsyaikh menjawab, ”Ya Sayyidi, anda lebih tahu.” Shah Naqsybandi (qs) berkata, ”Binatang itu adalah Iblis.”
Syaikh Sharafuddin (qs) adalah salah satu awliya yang jarang ditemui. Beliau dimakamkan di Rasyadiyya yang terletak di luar kota Istanbul, disebuah tempat bernama Yalova dekat tepi laut. Jadi, orang-orang yang berkunjung ke Istanbul, ada baiknya naik bis dan berziarah ke makam beliau; ini satu arah menuju Bursa dan mengunjungi makam Sayyidina Syaikh Sharafuddin (qs). Dan disanalah Syaikh Abu Muhammad al-Madani (qs) dimakamkan, keduanya. Dan ada lagi yang lain yaitu Sayyid Jamaluddin al-Ghumuqi al-Husayni (qs) dimakamkan di Istanbul. Jadi, 3 orang awliyaullah dari Naqsybandi ada disana.
Beliau [Shah Naqsybandi (qs)] berkata,”Inilah gurumu, syaikhmu. Perhatikan apa yang dilakukannya. Tidak seorang wali pun mencapai levelnya.” Dia, Allah swt telah memberikan otoritas kepada sang Nabi (saw) dan sang Nabi (saw) memberikannya. Dan salah seorang yang mewarisi rahasia beliau (saw) dan awliyaullah mewarisi rahasia berbeda yang dimiliki semua orang yang mereka warisi dari sang Nabi (saw), semua orang mengambil dari sang Nabi (saw) sebagaimana Sayyidina Muhammad al-Busayri berkata, “imma gharfan min al-bahri aw rashfan min ad-diyami - semua orang mengambil dari sang Nabi (saw) baik dari samudera dengan sebuah kendi besar atau setangkup kecil air yang diambil dengan tangan-tangan mereka.” Semua orang [awliya] mewarisinya dari sang Nabi (saw). Beliau [Shah Naqsybandi (qs)] berkata, “Allah swt memberikan dia apa yang tidak diberikan kepada awliya lain dan Dia memberinya untuk memiliki Iblis dibawah kakinya. Dan tiap 24 jam, siapapun yang terhubung dengan thariqah Naqsybandi, terutama pada jalur Rantai Emas, selama mereka berkata berasal dari thariqah Naqsybandi, Sayyidina Syaikh Sharafuddin (qs) mempunyai hak, ijin yang diberikan oleh sang Nabi (saw) untuk membuang semua dosa mereka kepada Iblis. Tiap 24 jam seluruh dosa mereka akan dibuang ke Iblis dan mereka akan datang sebagai anak yang baru lahir, suci, tanpa dosa.
Dengarkan dengan baik. Bukalah mata kalian. Laki-laki dan wanita juga. Ini sangat penting. Jadi, Syaikh Sharafuddin (qs) mempunyai otoritas -setelahnya- dari sang Nabi (saw) untuk membawa dosa-dosa ummah dan membuangnya ke Iblis. Dan beliau mempunyai otoritas -kewajiban-kewajiban ibadah apapun yang sudah kita lakukan tidaklah sempurna- untuk menambahkan ibadah tersebut hingga maksimum, seakan-akan kita sudah melakukan ibadah dengan sempurna. Siapakah yang mempunyai otoritas itu? Kau pikirkan nama-nama awliya. Mereka berkata, ”Oh ini seorang wali, ini seorang wali, itu seorang wali.” Bukankah begitu? Dan terutama yang mempunyai otoritas dari Mawlana Syaikh untuk melaksanakan zikir, mereka datang kepada kami, mereka berkata, ”Oh mereka awliya, khulafa.” Mereka masih memakai popok seperti orang berusia lanjut yang memakai popok besar, buang air dipopok dan dari popok tercium bau tidak enak tapi mereka tidak menciumnya, serta mereka lihat banyak orang lari dari mereka. Mereka bertanya, ”Mengapa?” Mereka tidak tahu kalau mereka bau. Mereka pikir mereka suci. Berlian. Air kristal.
Inilah penyakit. Itulah masalah. Sang syaikh tidak mengatakan apa-apa. ”Baiklah.” Karena sang syaikh berenang dalam samudera kepatuhan. Sang syaikh tidak... bukan bermaksud kasar kepadanya. Namun masalahnya adalah barang siapa yang membuat divisi-divisi dan membuat penyakit ini melalui para murid dengan membagi mereka menjadi kelompok-kelompok kecil bukannya membuat satu kelompok besar. Malah memecah mereka dalam ribuan kelompok kecil. Mengapa? Karena penyakit ini yang membuat mereka berpikir kalau diri mereka sudah diberikan otoritas dan mereka pikir bahwa mereka penting. Mungkin saja sang syaikh menginginkan mereka pergi, tidak ingin ada mereka dihadapannya karena mereka meracuni murid lainnya.
Seperti dalam cerita Sayyidina Syaikh Sharafuddin (qs) bersama Sultan Abdul Hamid. Kita kembali ke cerita utama. Syaikh Sharafuddin (qs) dihadiahi sebuah jubah yang sangat langka oleh Sultan Abdul Hamid, jubah ini tebal dan berhias emas, beliau tidak mengenakannya dan diletakkan disamping beliau. Sebuah jubah yang sangat berharga. Dan beliau duduk dengan kaum ulama, memberikan nasehat dan salah satu dari ayam jantan ini -mereka- bagaikan burung merak dengan big turban namun hanya menularkan penyakit kepada yang lain. Dia tidak tertarik dalam thariqah. Dia hanya tertarik dengan bagaimana caranya dapat menghasilkan uang, bagaimana dia bisa bertahan hidup, dia hanya tertarik pada keuntungan pribadinya semata bukan atas nama thariqah Naqsybandi dan atas nama Sayyidina Syaikh Sharafuddin (qs). Dia bisa menipu orang lain namun tidak bisa menipu awliyaullah. Mereka tahu. Dia seorang penipu dan seekor bunglon.
Kau pikir kalau awliyaullah tidak tahu siapa yang murid dan siapa yang penipu? Tentu mereka tahu. Tetapi mereka tetap diam, apa untungnya membongkar kedok mereka bagi awliyaullah? Jika orang itu tidak membuka kedoknya sendiri dengan tingkah laku dan perbuatannya, satu hari ia akan jatuh dan akan membongkar kedoknya sendiri. Itu bahaya. Setelahnya kita akan... Berapa banyak orang yang datang kepada kami dan bertanya. Seperti kemarin seseorang bertanya, ”Bagaimana kita mengetahui awliyaullah? Bagaimana kita tahu bahwa dia tulus? Semua orang bertanya ini atau itu. Mereka berkata orang ini seorang wali, dia seorang wali, orang ini seorang ulama, orang yang ini wali. Bagaimana caranya kita mengetahui?” Dan sang Nabi (saw) bersabda, ”A’udzu billahi min munaafiqin, beliau memohon dan mencari perlindungan kepada Allah swt: ’aliiman bil lisan jahuula bil qalb, ’aliiman bil-lisan atau ’alimun bil lisaan artinya ”Seseorang yang tahu bicara dengan fasih namun hatinya tidak peduli.” Dan sang Nabi (saw) mencari perlindungan kepada Allah swt untuk menyelamatkan ummah belaiu dari orang-orang seperti itu. Dan banyak sekali orang seperti itu disekeliling ummah seperti kaum ulama itu. Dan banyak sekali dari mereka yang yataghalghaluun, mereka bergaul dengan thariqah dan kemudian menjadi syaikh untuk menyimpangkan orang-orang dari jalur yang benar untuk keuntungan mereka sendiri.
Jadi, laki-laki yang datang ke pertemuan dimana Sayyidina Syaikh Sharafuddin (qs) memberikan nasehat bagi banyak orang yang tulus. Berapa banyakkah orang yang datang ke Mawlana Syaikh Nazim (qs) -semoga Allah swt memberikan beliau panjang umur- dan mereka tulus dan tidak menginginkan apa-apa kecuali datang untuk mengunjungi sang syaikh, beliau adalah sebuah lampu sorot. Banyak orang datang ke sang Syaikh karena dia adalah sebuah lampu sorot. Namun berapa banyakkah dari mereka yang datang untuk mencari keuntungan -mereka ingin mengambil sesuatu; ingin menipu orang lain, ingin memperlihatkan kalau mereka baik namun menginginkan pamrih nantinya. Mereka pergi ke Mawlana Syaikh dan berkata, ”Oh Mawlana Syaikh, kami mencintaimu. Kami dari sini; kami dari sana. Dapatkah kami mempunyai ijin untuk melaksanakan dzikir?” Apa yang Mawlana akan katakan kepada mereka? Beliau kenal mereka, mereka munafik dan beliau menjawab, ”Pergi” dan memberikan mereka ijin. Mereka pergi dan menjadi khalifah-khalifah besar -bahkan mereka mempunyai deputi-deputi.
Jadi apakah yang terjadi? Sesaat setelah laki-laki itu masuk, dan Sayyidina Syaikh Sharafuddin (qs) mengetahui apa yang diinginkannya, yaitu mengganggu pertemuan ini karena pertemuan tersebut dibawah berkah-berkah dan manifestasi/tajalli dari Rahmat Allah swt dan dibawah penglihatan sang Nabi (saw), kadang-kadang pada pertemuan seperti itu ada sebuah penglihatan dimana sang Nabi (saw) memperhatikan mereka sehingga mereka tidak ingin mengganggu pertemuan itu atau menghilangkan gangguan itu. Jadi segera setelah orang itu masuk ke dalam, Syaikh Sharafuddin (qs) tidak ingin mengganggu para hadirin dari memperoleh berkah-berkah, Syaikh Sharafuddin (qs) meminta seseorang untuk membawa jubah tersebut dan berkata, ”Aku tidak menemukan seorang pun yang pantas untuk mengambil jubah ini selain kau. Ambillah!” Laki-laki mengambilnya dan beranjak pergi. Syaikh Sharafuddin (qs) memberikan sebuah jubah yang sangat mahal -pada masa itu- Grandsyaikh memberitahu kami kalau harga jubah itu 7.000 buah koin emas. Kalau dimasa sekarang mungkin berharga sekitar 1 juta dolar. Allah swt tahu dimanakah jubah itu berada sekarang, siapakah yang memilikinya? Syaikh Sharafuddin (qs) memberikannya pada laki-laki itu dan dia pun pergi. Dia menyerah pada uang dunya untuk satu pertemuan yang lamanya sekitar setengah jam bersama para murid Syaikh Sharafuddin (qs). Perhatikan mana yang lebih berharga, duduk bersama para murid atau mempunyai kekayaan dunya. Laki-laki itu menyerah (pada dunya).
Aku biasanya melihat Mawlana Syaikh dan memperhatikan bagaimana beliau memberi sesuatu kepada orang ini atau orang itu. Kadang kala kau merasa tidak enak. Aku harus berkata yang sebenarnya. ”Mawlana yang anda beri ini adalah seorang penipu.” Namun kau tidak bisa berkata-kata, kau harus menelannya. Namun aku menyadari sesudahnya bahwa hal ini adalah keputusan yang bijak karena beliau menjaga agar mereka tetap diam dan juga menjaga mereka tetap berada disekitar karena satu hari mereka mungkin akan datang lagi ke Islam dan mungkin datang lagi untuk hengkang dari menjadi penipu dan menyadari sudah melakukan hal yang salah dan kembali serta bertaubat. Jadi, beliau memberi ini dan itu. Seperti Syaikh Sharafuddin (qs) memberikan jubah itu. Karena uang tidak ada dimata mereka. Apa yang ada dimata mereka adalah pertemuan ini, pertemuan dimana mereka duduk didalamnya, itulah yang mereka butuhkan. Mereka tidak tertarik dengan apapun yang dapat syaikh berikan dan orang-orang berbahagia. Biarkan saja mereka.
Dan bagi mereka yang benar-benar tulus, mereka tetap berada disekitar sang syaikh. Mereka mengambil manfaatnya. Jadi, orang itu mengambil jubah dan pergi. Apakah yang kau pikir dia lakukan dengan jubah itu? Dia mengambil jubah itu dan berpikir, ”Aku seorang khalifah.” Seperti seseorang yang mengambil sebuah kaos dari Mawlana Syaikh dan kembali ke tempat asalnya dengan berkata, ”Oh aku sang khalifah.” Kau bisa melihat begitu banyak hal ini terjadi di situs-situs internet. Banyak. Di Eropa, di negara-negara Arab, di negara-negara Timur Jauh, di Amerika, di Kanada, di Amerika Selatan. Banyak. Namun beberapa dari mereka benar-benar tulus. Sebagian tulus dan hanya sebagian lagi yang menjadi keuntungan. Namun mereka ini tercampur. Selama Mawlana.... ini keputusan beliau. Kita harus mengikuti dan menerima -dengan hikmah- yang kita tidak ketahui. Kami tidak suka berkata apa-apa. Jadi, kita kembali ke cerita utama.
Mengapa Grandsyaikh memperoleh penglihatan itu? Aku sudah menyebutkannya dalam buku Naqsybandi cerita itu. Mengapa Shah Naqsybandi (qs) memperlihatkan kepada Grandsyaikh kita mengenai syaikhnya -Syaikh Sharafuddin (qs)- apa posisi Syaikh Sharafuddin (qs). Karena Shah Naqsybandi memberitahukan Grandsyaikh untuk sangat berjati-hati. Cinta tidak bisa dibagi. Ketika cinta kepada sang syaikh terbagi menjadi banyak divisi lalu seperti sebuah kincir angin yang membawa air dari sebuah sumur yang cukup untuk satu ladang. Tapi airnya tidak cukup untuk 5 buah ladang. Ketika kau membaginya menjadi 5 atau 10 atau 100 atau 2 buah ladang maka kau membaginya dan airnya tidak cukup untuk semua orang. Kemudian kau tidak bisa meraih satu tempatpun; kau akan tersesat. Jadi, cintamu haruslah kepada syaikhmu.
Jadi masalahnya adalah bahwa kita tidak bisa membagi cinta itu. Tujuan, tujuan akhirlah yang harus kita raih. Jadi, ada para penipu yang mencuci otak siapa pun yang mendengarkannya dan mereka mengambil para pengikutnya jatuh cinta kepadanya dan meninggalkan syaikh utama, figur utama dan itulah yang kita lihat.
Kita lihat itu, orang itu membangun kelompok kecil pengikut disekitarnya. Kadang-kadang kau dapat mengenali dan melihat mereka. Dalam banyak masalah dengan Mawlana Syaikh, para pengikutnya tidak bisa bicara kepada Mawlana Syaikh jika Mawlana Syaikh ada disana, mereka tidak bisa mendekat kecuali orang yang sudah diberikan otoritas. Para pengikut ini harus menghadap dulu kepadanya. Dan jika mereka tidak menghadapnya dia akan berkata, ”Kalian harus datang kepadaku terlebih dahulu, baru kemudian ke sang syaikh.” Mengapa mereka harus menghadapmu, memang kamu siapa? Kau seorang penipu.
Jadi, itulah salah satu permasalahan utama kita -yang menjerumuskan orang-orang kita- dalam thariqah. Diluar thariqah, dalam kehidupan normal didalam masjid sama saja. Kau harus mempunyai kincir angin itu untuk mengairi satu ladang, mengairi satu ladang itu; ini merupakan ladang terpenting. Ladang lainnya bisa saja menjadi kering karena tanahnya tidak bagus, seperti mereka yang tidak sempurna. Yang sempurna -tetap mengairi- akan memberimu buah untuk dimakan.
Sayang sekali, aku membawa cerita itu karena kau bisa melihat bagaimana orang-orang berusaha mengambil semua keuntungan disekitar sang syaikh agar dapat membangun diri mereka sendiri dan berkata kepadamu, ”Oh, saya melakukannya untukmu. Saya melakukannya untuk syaikh saya.” Apakah yang kau lakukan untuk syaikhmu? Kau tidak mempunyai hak untuk bicara seperti itu bahkan untuk bicara, ”Aku melakukannya untukmu.” Siapakah yang menaruhmu diposisi itu? Kau menempatkan dirimu sendiri. Itu sebuah masalah, semoga Allah swt menyelamatkan kita dari itu dan mendukung kita untuk yang terbaik, agar menyempurnakan diri kita sendiri menjadi pengikut yang lebih baik dari Mawlana Syaikh Nazim (qs) -semoga Allah swt memberikan beliau panjang umur. Ini sesuatu yang diperuntukkan bagi orang-orang disini, Alhamdulillah Allah swt bahagia dengan semua orang secara umum. Nasehat umum -pertama-tama untukku- diriku sendiri dan kemudian bagi semua orang lain. Bi hurmatil Fatihah.
Zawiyah MichiganSebelum Shalat Dzuhur

Musuh Sejatimu adalah Egomu




Bersumber dari Mawlana Syaikh Muhammad Nazim Adil Al-Haqqani
Wednesday, 01 March 2006
Bismilahhirohmanirrohim
Hari ini kita akan bericara tentang persaudaraan & persahabatan, hal yang lebih penting dalam Islam. Saya berbicara Pada kalian dari Grand-syeikh saya, Syaikh Abdullah Faiz Daghestani, sebagaimana dulu beliau berkata dan sebagaimana sekarang saya mendengarnya dalam hati saya.
Jika ada orang yang berlaku jahat padamu dan engkau marah padanya dan berkata bukankah saya berhak marah pada orang yang telah berlaku buruk pada saya. Bagaimanakah saya harus bersikap? Jika saya memukul seseorang, dia akan balas memukul. Karena itu janganlah kalian bersikap buruk pada orang lain. Berusahalah memerangi egomu, karena jika tidak ada seorangpun yang kau perlakukan dengan buruk, tak ada seorangpun yang berlaku buruk padamu.
Kejelekan dan keburukan itu sendiri membawa keburukan padamu. Sisi baikmu membawa kebaikan pada dirimu . Jangan berkata : dia memukulku atau dia tidak menghormatiku. Jika engkau tidak menghormati orang lain engkau tidak akan pernah mendapat penghormatan dari orang lain. Engkau tidak berhak. Syeikh berkata kita harus mengetahui bahwa hal -hal baik dan kejadian yang buruk berasal dari fikiran kita, dan Fikiran kita menentukan tindakan tindakan kita. Hal yang baik dari diri seseorang sesungguhnya berasal dari Allah swt.Nabi besar SAW berkata ; kalian harus berjalan lurus dengan langkah yang benar, niscaya engkau tidak akan pernah melewati jalan yang buruk . Jangan takut!. Berjalanlah seperti kereta tanpa merasa takut berjalan sepanjang rel. Tetaplah berjalan di rel kereta dengan langkah lurus yang benar. Jika engkau melakukannya engkau tidak akan menemukan sesuatu yang menjadi musuhmu. Tetapi toh jika engkau kehilangan kontrol, tetaplah lihat rambu-rambunya. Kontrol terhadap ego musti harus ada.
Jika engkau melewati jalan yang lurus, tetapi engkau mendapat cambukan dari Allah, yang dengannya engkau tidak merasa puas tidak sesuai dengan keinginan, janganlah berputus asa. Cambukan Allah adalah untuk membuatmu tetap di jalan yang benar. Kehendaknya bukanlah seperti keinginanmu. Allah swt hanyalah menginginkan engkau sampai pada jalan yg benar.
Saya percaya , bahwa pelajaran ini berisi sesuatu untuk setiap orang di seluruh dunia ini dan membuat kedamaian , jika ia merenungkannya. Dan keberhasilan itu berasal dari ALLAH. Bi hurmati habib, FatihahWa min Allah at Tawfiq
Lefke, Maret 2006


Ziarah Wali




Artikel dan Tulisan - Sohbet

Bersumber dari Syaikh Mustafa Haqqani
Tuesday, 01 March 2005
Untuk dapat melakukan ziarah dengan baik, perlu diperhatikan adab yang benar,agar tercapai tujuan yang semestinya, dan tidak meleset arahnya. Pastikan bahwa kita benar-benar sedang mengarah hanya pada apa-apa yang disukai dan di ridhoi Allah SWT, jangan pada arah yang tidak jelas.
Bahwa berziarah kepada para Awlia ataupun kekasih Allah SWT apalagi yang merupakan sahabat Nabi SAW ataupun umumnya para wali, merupakan perkara yang sangat dianjurkan, dan seyogyanya begitu rupa kita pentingkan. Rasulullah SAW sendiri nyata-nyata mengunjungi makam sahabat-sahabat beliau, yang merupakan awlia itu, di Baqi’ al-Gharqad, mendoakan ampunan Allah SWT bagi sahabat –sahabat beliau. Demikian juga beliau berziarah ke Uhud. Bahkan suatu ketika Rasulullah SAW juga menyapa suatu makam orang kafir...
Betul nggak janji-janji Allah SWT yang aku di suruh menyampaikannya kepadamu? Ancaman-ancamannya sudah kamu jumpai sekarang kan?”
Para sahabat lalu bertanya,”Apakah mereka dapat mendengar sapaanmu itu yaa Rasulullah SAW? Rasulullah SAW menjawab ”Mereka mendengar,namun (karena kafirnya di dunia dahulu,kini mereka sibuk dengan penderitaan yang sedang melilit dirinya di dalam kubur) tak mampu lagi menjawab sebagaimana mestinya.”
Nah, kalau orang kafir saja mendengar,walaupun tak berdaya menjawab, bagaimana halnya dengan orang mukmin? Bagaimana dengan orang saleh? Bagimana dengan dengan Awlia? Bagaimana dengan para Syuhada? Bagaimana dengan Anbiya? Bagaimana dengan sahabat-sahabat nabi yang mereka merupakan suluh bagi kita untuk dapat meraih petunjuk Allah SWT yang kita cari, dan yang sangat kita perlukan? Yang demikian ini sudah jelas terungkap dalam riwayat dan hadits yang shahih.
Hal-hal yang sepatutnya menjadi tujuan ziarah ke makam para wali ataupun orang-orang alim adalah agar kita menjadi semakin dekat (qarib/taqarrub) kepada Allah SWT itu sendiri. Kedua adalah agar kita berdo’a dengan tulus, dan bersungguh-sungguh untuk beliau, karena sesungguhnya Allah SWT telah menganugerahi suatu bentuk barakah yang berlimpah kepada beliau dan karena lubernya barakah itu, semoga terlimpah kembali kepada para peziarah dan keluarganya yaitu dalam bentuk dan takaran rahmat yang semakin melimpah ruah.
Yang sepatutnya dilakukan oleh para peziarah adalah mengambil posisi berhadapan muka dengan yang diziarahi. Dalam jarak yang cukup dekat namun penuh hormat. Menyampaikan salam dengan sikap yang sopan,khusyuk, merunduk, memandang ke bumi dengan teduh, serta menghormati pribadi yang diziarahi, seraya menanggalkan aneka macam kesadaran diri yang ada. Imajinasikan seolah-olah kita sedang menatap muka beliau, dan sorot mata beliau pun seolah-olah menatap kita. Hati meliput cakrawala keluhuran martabat maupun asrar (rahasia rohaniah) yang dilimpahkan Allah SWT pada beliau, pada keluhuran kewalian beliau pada aspek kedekatan beliau dengan Allah SWT dan lantaran ketaatan beliau kepada-Nya yang telah mendatangkan limpahan wacana Rabbaniyah pada diri beliau itu. Lakukan hal ini dengan khidmat. Kalbu ataupun bashirah (mata batin) peziarah seharusnya terus menerus dan semakin cermat menyadari dengan sungguh-sungguh bahwa betapa dangkal dan tumupulnya upaya diri kita untuk meraih taraf ”kasih” Allah SWT seperti yang telah beliau peroleh itu. Maka tumbuhkanlah sendiri suatu nuansa kesadaran diri untuk memulai semakin bersungguh-sungguh untuk taat kepada Allah SWT dengan meniru beliau yang sedang diziarahi itu, dan agar memperoleh pencerahan dari beliau.
Inilah nikmatnya berziarah yang dapat di tempuh untuk dapat lebih bergegas-gegas lagi menuju Allah SWT, bangunkan sendiri garis lurus dalam alam sadar (conscious) kita suatu energi ghaib (di dalam qalbu) seraya mengelakkan diri dari pesona (magnitude) maupun tarikan kuat ”selera duniawi”.
Ketahuilah, sesungguhnya getaran selera dangkal, atau duniawi itulah yang membutakan ”bashirah” dan menghalangi suatu kedekatan antara kita dengan Allah SWT atau pun dengan citra diri yang baik dan itu jugalah yang tak henti-hentinya membuat kita berputar-putar secara tak berkeputusan.
Hendaknya peziarah memandang diri sendiri dengan mata hatinya, betapa sesungguhnya dengan ziarah itu berarti Allah SWT, sedang bermurah hati menjadikan diri peziarah itu semakin mendekati seorang wali tertentu, dan bahwa dirinya mulai bersedia menyandang perilaku (akhlak) para kekasih Allah SWT itu, bahwa ia semakin mantap dalam berpegangan kepada model panutan, serta jalan hidup yang benar, dan penuh kesungguhan menuju Allah SWT seperti dilakukan beliau-beliau para Awlia itu. Dan agar dapat mencapai martabat kehambaan yang hakiki di sisi Allah SWT seperti yang saat ini menjadi reputasi beliau-beliau para wali itu.
Namun betapa kenyataan sehari-hari yang di jalani para peziarah justru mendepak kembali peluang, dan kondisi yang dihadapkan oleh Allah SWT itu menjadi hanya selintas maya. Jika memang demikian, seharusnya peziarah mulai membayangkan seolah-olah dirinya sedang hadir di hari kiamat, ataupun di hari kebangkitan. Saat itu para awlia yang bangkit dari makamnya itu pun dalam tampilan ataupun citra yang cerah dan penuh keriangan karena menyandang ridha Allah SWT dari sebab perilaku yang beliau-beliau lakukan di dunia dahulu dengan penuh ketaatan – disamping keterkaitan nya yang intens bersama Rasulullah SAW. Beliau-beliau mengendarai kereta cahaya yang menggambarkan karamah beliau, seraya dipayungi oleh para malaikat dengan payung gemerlap, yang berawal dari amalan-amalan salehnya. Di atas kepala beliau-beliau bertemaram cahaya tiara, sedemikian teduh, dan dapat kita jadikan tambatan yang dapat menyaput derita para pendosa ataupun orang-orang yang berbekal ketaatan, namun lantaran pengejarannya di dunia ini atas syahwat yg tak berkeputusan, dapat menjungkalkan yang bersangkutan ke derita kubur. Orang-orang seperti itu kini sedang melolong dalam tujuannya dan kebingungannya. Penuh ketakutan dan bersimbah peluh yang telah menenggelamkan dirinya dalam nestapa, seraya makin tak tahu apa yang bisa di perbuatnya.
Yakinlah dirimu wahai peziarah, jangan sampai kelak akan mengalami yang demikian itu. Maka bangkitkan rohanimu jangan lagi berlalai-lalai, berdukalah sekarang, menangislah saat ini, jangan nanti. Dan mulailah berdoa untuk kedua perspektifmu di dunia ini, terutama di akhirat nanti. Mohonlah agar Allah SWT yang Rahim membenahi dirimu dengan mengkaruniakan taufik kepadamu seperti halnya menjadi karunia Allah SWT bagi orang-orang saleh. Bacalah ayat-ayat Al Quran, perbanyak doa, istighfar, penyadaran diri kepada Allah SWT yang semakin bersunggu-sungguh dan penuh harap. Tentramkan dirimu bersama Awlia, anbiya, atau sahabat, dan merasakan cukup bersamanya sajalah, jika demikian ini dapat kita persembahkan kepada Allah SWT. Niscaya Dia makin melimpahkan rahmat, dan semakin berkenan mengjibahkan doamu.
Ketahuilah hanya dengan bersungguh-sungguh, orang akan mendapatkannya dan yang beruntung meraih pintu Sang Pemurah, pasti tak akan kandas dari segala apa yang menjadi maksud dan tujuannya. Oleh karena itu hindarilah kecondongan hati yang tak bersungguh-sungguh melalui ziarahmu kepada orang saleh.
Berziarahlah dalam kekhusyukan dalam taqarrub kepada Allah SWT. Janganlah karena pertimbangan membutuhkan pengakuan orang, dan jangan pula supaya terkesan sebagai orang saleh, malah nanti akan menjadi tambahan puing petaka rohanimu saja.
Hindarilah dari bercakap yang tidak baik, ataupun tak senonoh, ataupun yang tak jelas perlu dan manfaatnya, di haribaan makam orang saleh. Sebab hal itu dapat menimbulkan murka Allah SWT dapat menimbulkan ”gelo” (kekecawaan – Jawa) ataupun kedukaan orang saleh itu sendiri, dan sekiranya malah akan menghampirkan dirimu sendiri kepada kehancuran secara tidak kita sendiri. Sekali lagi elakkan yang demikian ini.
Poin utama dalam ziarah adalah menggerakkan dzikir, shalawat, baca ayat Al-Quran, sepenuh jiwa dan raga.
Hanya Allah SWT saja yang dapat menunjukkan kita ke jalan yang benar dan membahagiakan. Maka kita bersandar, bertumpu, dan berserah diri ke jalan-Nya. Shalawat dan salam semoga makin terlimpah kepada Rasulullah SAW, pegangan kita hingga hari pembalasan kelak. La hawla wala quwwata illa billahil ’aliyyil ’adhiim.
Wa min Allah at Tawfiq


Sholat dan Dalail Khoirot




Artikel dan Tulisan - Sohbet

Bersumber dari Syaikh Mustafa Haqqani
Friday, 18 February 2005
A'uudzubillaahi minasy syaythaanir rajiimBismillaahir rahmaanir rahiimAllaahumma shalli 'alaa Sayyidinaa Muhammadiw wa 'alaa aalihi wa Shahbihi ajma'iinAssalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuhAllah Allah Aziz AllahAllah Allah Subhan AllahAllah Allah Sulthon Allah
Saudara-saudaraku,Nanti di akherat akan digelar satu fase atau masa pertanggungjawaban diri, untuk menilai apakah kenormalan yang sejak semula itu terpelihara atau tidak. Sholat adalah bengkel yang stationer. Inna sholaata kaanat ‘alal mu’minina kitaaban mauquta. Sholat itu adalah keniscayaan yang mesti diselenggarakan untuk orang mukmin setiap waktu secara teratur. Untuk apa? Untuk normalisasi dan memelihara kenormalan itu. Dengan kata lain dapat dikatakan, sholat adalah latihan untuk mati. Itu seyogyanya merupakan bagian akhir dari kehidupan kita di alam fana ini untuk jasmani kita, kalau ruh kita abadi sejak dicipta di jaman azali sampai alam baqa, abadi dengan Allah. Barang siapa menjalani kehidupan ini dengan penuh kelalaian, maka akan penuh penyesalan. Husnul Khotimah adalah kita dijemput oleh malaikat, ruh kita untuk melewati alam barzah ke alam baqa dalam keadaan kita ‘normal’ seperti kita di alam azali, kalau dalam keadaan lalai itu yang menjadi masalah. Maka sholat yang kita lakukan seyogyanya kita kemas sebagai langkah sadar untuk menormalisir kembali pertalian kita dengan akherat, dengan Allah, dan dengan rosulullah. Sholat adalah saat mana dalam sekejap rangsangan badaniah, rangsangan dari luar badan kita, kita putus tali hubungannya. Pikiran tidak kita pekerjakan lagi. Hal-hal sebagai akibat dari rangsangan badaniah kita tidak difungsikan lagi. Sholat bukanlah rutinitas dan bukan mewujudkan ‘apalan donga’ (hapalan doa) dan bukan kearagaan kita, tapi sholat adalah untuk kembali ke normalitas. Terus kita fungsikan diri kita untuk sengaja melakukan sholat bahwa yang sedang sholat aadalah hamba allah yang sedang mencari ridho Allah, hamba Allah yang mencari husnul khotimah ,hamba allah yang mencari keselamatan diakherat nanti supaya bisa dipetik keberuntungan.
Saudara-saudaraku,Adalah langkah mengetuk dua pintu sekaligus, yaitu pintu wushul atau sampai dan nyambung kepada Allah dan mengetuk sendiri-sendiri katub yang ada pada diri kita. Habis setiap orang itu mengalami bentukan yang sifatnya menutup yang timbul sebagai karat dari kelalaian, keaniayaan diri dan kesembronoan. Semua orang dalam kehidupan ini automatically menginjakan kaki di potensi kebiasaan menunda. Hati ini menyimpan potensi Ruh dan Fitrah tetapi ketutup ‘ambek’ (baca dengan) jumlahnya sembrono, aniaya dan kelalaian. Sholat sekaligus mengetuk 2 pintu yaitu pintu Allah agar wushul dan sekaligus mengetuk pintu katub hati untuk membuang karat dari kelalaian, aniaya diri dan kesembronoan. Sedangkan alat untu untuk ‘wushul’ adalah kedekatan dan kebersamaan diri kita kepada Rosulullah Muhammad SAW. Sholat bukan rangkaian kegiatan yang given. Sholat itu perbuatan yang tergantung pada azam atau kesengajaan dan niat. Sholat adalah langkah kesengajaan yang dilakukan dengan mengatakan “Usholli” (dengan sengaja saya sholat).
Thoriqoh Naqshbandi adalah suatu asosiasi diantara sesama kita bersama guru supaya kita semakin terbimbing kearah kejelasan yaitu kejelasan yang merupakan adonan yang sejak jaman Rosululluh dibangun bersama para sahabat Beliau yang kita tarik sampai masa sekarang melalui mata rantai guru yang mengantarkan kita kepada perspektif seperti itu.
Insya Allah perjumpaan kita disini mencerminkan langkah kita untuk maju, bukan maju sedikit mundur banyak, maju sedikit mundur banyak, akhirnya menuju langkah kemunduran. Tolong itu dielakkan. Segala perbuatan yang kita lakukan harus mulai punya ancang-ancang. Ancang-ancang kesengajaan untuk selalu bersama Rosulullah. Mohon ini dicamkan untuk menjadi sesuatu yang disengaja benar untuk diorientasikan dan ‘disok’ (dituangkan) susunan kesadaran ke dalam diri kita, Semoga taufik dan inayah terlimpah kepada kita semua.
Dengan berkah Rosulullah dan berkah Syaikh Nazim… insya Allah… Bihurmati suratul fatehah…
Allah Allah Aziz AllahAllah Allah Sulthon AllahSejarah Dalail Khoirot Ada seorang alim (adalah orang yang memiliki pengetahuan tentang kehidupan dan kematian yang dipetik dari sunah nabi) bernama Abu Abdillah Muhammad Bin Sulaiman Al Jazuli. Dalam perjalanannya, ketika waktu ashar, beliau tiba di suatu gurun yang sangat panas, suhunya kira-kira pada posisi 45°. Beliau melihat dikejauhan ada Oase yang dapat ditempuh setengah jam. “Bila sholat disini, maka harus tayamum dan tempatnya sangat panas” maka akhirnya memutuskan untuk sholat di oase. Beliau sadar betul, beliau itu siapa, Allah itu siapa, hidup untuk apa, tujuan kemana, jadi sebetulnya pengalamannya is Ok. Di Oase hampir 1 jam. Dilihatnya ditepi oase ada sumur. Beliau kemudian menuju ke sumur. Beliau mencari timba untuk wudhu. Tiba-tiba beliau dikejutkan dengan seorang ‘genduk’ (anak perempuan) berumur 5 tahun. Si Genduk bertanya ‘Lagi ngapain pak ?’. ‘Ini waktu ashar sudah masuk, dan aku mau wudhu, tapi timbanya tidak ada.’ ‘Ooo mau wudhu, kata si Genduk.’ Sesaat kemudian dengan ‘umak-umik’ disedotnya banyu (air) dalam sumur tadi dan langsung mancur tibo ing ngarsane (keluar airnya dan diberikan kepada) Imanm Jazuli. Beliau sangat heran dan takjub. “Ya Bintah”, Nduk genduk,…rene’o (baca: Nak kesinilah). Apa lagi yang ingin kubantu ?’ kata si Genduk (perempuan kecil)’. Kepriye kok bisa nyedot banyu kuwi (mengambil air) kata Imam Jazuli? “Si Genduk bilang “Aku diajari abahku dari kecil untuk menyapa Rosulullah dengan sholawat.” Kalau ada apa-apa tinggal menyapa Rosulullah. Wajah Imam Jazuli seperti dipukul ambek Mike Tyson, mendengar jawaban Si Genduk. Imam Jazuli malu. ‘Aku kok kalah karo arek cilik si genduk iki (Aku merasa malu dengan si perempuan kecil ini). Dengan kata lain sholawatnya ‘si alim’ ora doyo yen ora menyatu karo rosulullah. Begitu terpukul…Imam Jazuli mengucapkan : Astagfirullah ya robb…astagfirullah ya habiballah. Kemudian beliau Imam Al Jazuli pulang ke rumah dan tidak keluar dari kamar selama 13 tahun untuk mengakses ke Rosulullah, dan tidak sedetikpun ingin lepas dari kebersamaan dengan Rosulullah, dan telurnya adalah Dalail Khoirot. Untuk melakukan Dalail Khoirot ini harus tergantung dengan azam (kesengajaan) dan niat. Kesengajaan dan niat untuk selalu bersama dan menyatu kepada Rosulullah, sehingga membaca Dalail Khoirot mesti dengan hati, dengan sense, karena rahmat allah terbesar adalah diturunkannya Rosulullah Muhammad kepada kita.
Saudara-saudarku,Perjalanan aku dan kamu ora bakal ‘jetis’ (tidak ada daya) bila tanpa kebersamaan dengan rosulullah. Maka setiap kita membaca sholawat seharusnya dengan hati dengan sense, bukan membaca with no heart, no sense. Suatu ilmu yang tidak disertai dengan kedekatan dengan nabi… almost nothing.Allah Allah Azis AllahAllah Allah Subhan AllahAllah Allah Sulthon AllahWa min Allah At Taufiq Al Fatehah.
Shohbet ini ditulis dengan bahasa asli yang keluar dari bahasa hati Syaikh Mustafa Haqqani melalui rekaman audio yang kami putar ulang. Semoga shohbet ini mengetuk pintu Allah agar wushul dan pintu karat hati akibat dari kelalaian, aniaya diri dan kesembronoan kita. Amiin.
Kediaman Jokotry Abdul Haqq, Jalan Sawi 16A Semarang 50273Disarikan oleh Jokotry Abdul Haqq



Bersumber dari Administrator
Tuesday, 11 November 2008
Informasi ini terakhir kali diupdate 8 November 2008
Kontak KoordinatorBerikut ini merupakan kontak koordinator untuk Pusat dan Wilayah.
Pusat



Bapak Faizuddin Firdaus
+62 812 3243458


+62 818 03030114
Wilayah


Area Sumatra
Bapak dr. Eko Suyono
+62 812 7555291
Area Jakarta/Jambi
Bapak Handi Biantoro
+62 818 965852

Bapak Nursyafaat
+62 815 9164909
Area JawaTengah/DIY
Ibu Rosyad
+62 813 25260088
Area Jawa Timur
Bapak Mas'ud
+62 813 34520958
Area Kalimantan
Bapak Ahmad Hidayat
+62 813 46262336

Tidak ada komentar: