Sabtu, 15 November 2008

अकुलाह अनगिन एन्ग्कौलाह Api

Akulah Angin Engkaulah Api

Diambil dari buku Akulah Angin Engkaulah Api (hidup dan karya Jalaluddin Rumi), Pengarang Annemarie Schimmel, Mizan, 2005
Mari ke rumahku, Kekasih –sebentar saja!
Gelorakan jiwa kita, Kekasih-sebentar saja!
Dari Konya pancarkan cahaya Cinta
Ke Samarkand dan Bukhara sebentar saja!
Itulah dendang Maulana Jalaluddin Rumi. Impiannya bahwa cahaya cinta akan bersinar dari Konya ke Samarkand dan Bukhara "sebentar saja" lebih dari sekadar tercapai, dimana syair-syair Rumi diperkenalkan lewat terjemahan orientalis Jerman dan Inggris sejak awal abad ke-19
Bila Kematian itu manusia
Yang dapat kupeluk erat-erat!
Aku kan mengambil darinya jiwa, yang bersih dan tak berwarna;
Dan ia akan mendapatkan dariku jubah berwarna hanya itu! (D 1326)
Jika kita berdiri di tengah-tengah nisan-nisan kuno ini, rasanya kita seperti mendengar kata-kata yang diucapkan oleh Rumi untuk menghibur temannya selama akhir masa sakitnya, pada musim gugur 1273
Aku telah begitu banyak berdoa
Hingga aku telah berubah
Menjadi doa itu sendiri
Setiap orang yang melihat diriku
memohon doa dariku ( D 903 )
Betapa seringnya Maulana Rumi berdiri ditempat ini ketika shalat Jum’at! Shalat adalah pusat kehidupannya, bukan shalat yang ditunaikan hanya dengan bibir dan kaki tangan, melainkan shalat yang memiliki arti penyatuan diri dengan Ilahi Tercinta.Bait ini merupakan potret diri yang paling sejati dari seorang sufi besar.
Hati itu seperti butir biji, dan kita seperti kincir.
Katakan, apakah kincir itu tahu
Mengapa ia berputar?
Tubuh ini ibarat batu, air adalah pikiran
Batu itu berkata: "Oh, air itu mengerti!"
Air berkata: "Tidak, tolong tanyakan pada kincir
Ia telah mengirimkan air ke lembah-tanyakanlah apa sebabnya!’
Kincir berkata: "Hai pemakan roti!-Haruskah ini berhenti
Maka katakanlah, apa yang dilakukan oleh pembuat roti?..." (D 181)
Di Meram kita dapat melihat sebuah sungai kecil, di tepi sungai itulah Maulana sering bertamasya bersama-sama murid-muridnya, suara kincir air dan gemuruhnya air sungai sering mengilhaminya untuk berputar-putar atau membawakan syair-syair yang menunjukkan bahwa suara kincir dan gemuruhnya sungai menjadi lambang kehidupan;
Lihatlah, aku telah banyak mencoba,
Dan mencari dimana-mana
Tetapi tak pernah kutemukan seorang sahabat
Seperti dirimu.
Aku telah mencoba setiap pancuran,
Setiap butir anggur,
Tetapi tak pernah
Merasakan kenikmatam minuman anggur
Semanis dirimu....
Ada orang-orang yang masih menjalankan tradisi, yang tidak hanya membaca Matsnawi, memainkan seruling dan senang menulis kaligrafi untuk mengenang Maulana, tetapi mereka yang sudah "masak"-yang dengan kata lain, mempunyai jiwa yang matang sehingga mereka benar-benar menjadi murid-murid sejati Maulana,sebagai perwujudan Cinta Ilahi yang dipancarkan dalam hidupnya dan dalam karya-karyanya. Dan pengunjung akan menyebut Rumi seperti yang pernah dilakukan penyair ini kepada kekasihnya
Pergilah ke pangkuan Tuhan,
Dan Tuhan akan memelukmu dan menciummu,
Dan menunjukkan
Bahwa Ia tidak akan membiarkanmu lari dari-Nya.
Ia akan menyimpan hatimu dalam hati-Nya,
Siang dan malam (Ma’arif, h. 28)
Sesungguhnya dia telah mengalami tahapan mistik tertinggi, sesuatu yang sensual, suatu cinta yang sempurna kepada Tuhan, sampai dia berada dalam pelukan-Nya, dan dia menyadari aktivitas mencintai Tuhan ini, "kebersamaan" dengan segala sesuatu (maiyyah) dalam kehidupan segala yang tercipta
Seseorang berkata: "Wahai, Tuanku Sana’i
Telah meninggal dunia!"
Aduhai, kematian orang semacam itu
Bukan hal yang sepele!
Ia bukan sekedar benang yang terbang
Bersama angin,
Ia bukan air yang membeku karena dingin,
Ia bukan sisir yang patah di rambut,
Ia bukan butiran yang hancur di dalam tanah.
Ia adalah emas yang ada dalam tebu... (D 1007)
Burhanuddin membimbing murid-muridnya melakukan latihan-latihan tasawuf yang telah digeluti selama empat abad terakhir oleh para sufi dan mengirimnya satu dua kali ke damaskus, dimana banyak sufi, termasuk Ibnu Arabi menetap ditempat itu.
Citra impianmu ada di dada kami
Sejak fajar kami sudah dapat merasakan sang surya (D 2669)
Syams adalah matahari yang luar biasa, matahari yang mengubah seluruh hidupnya, membakarnya, membuatnya menyala, dan membawanya kedalam cinta yang sempurna.
Wajahmu bak sang mentari, Wahai Syamsuddin
Yang dengannya hati berkelana bagai cawan!
Jalaluddin dan Maulana tak terpisahkan lagi; mereka manghabiskan hari-hari bersama, dan menurut riwayat, selama berbulan-bulan dapat bertahan hidup tanpa kebutuhan-kebutuhan dasar manusia ketika bersama-sama menuju Cinta Tuhan
Namun, tiba-tiba muncul kecemburuan Tuhan
Dan mulut-mulut menjadi kasak-kusuk
Penduduk Konya tidak suka melihat pengaruh Syams pada maulana, pada suatu hari, diapun menghilang dengan misterius; semisterius kedatangannya.
Aku adalah zahid yang pandai, orang yang berjuang
Kawanku yang sehat,
Katakan mengapakah kau terbang
Seperti burung? (D 2245)
Jalaluddin merasa patah hati. Karena terpisah dari mataharinya, apa yang dilakukannya? Namun, pada saat inilah dia mulai berubah; dia menjadi seorang penyair, mulai mendengarkan musik, menari berputar-putar, selama berjam-jam. Dia sendiri tidak tahu apa yang terjadi
Aku menulis seratus surat,
Aku menulis seratus jalan-
Tampaknya tak kau baca selembar surat pun,
Tampaknyatak kau ketahui satu jalan pun! (D 2572)
Dia mencoba menulis surat tentang Syams, tetapi darwis itu menghilang tak tentu rimbanya dan jawaban pun tak kunjung tiba.
Siapa yang mengatakan bahwa Yang Kekal Abadi itu
Telah mati,
Siapa yang mengatakan bahwa Mentari Harapan
Yang disana telah mati
Ia adalah musuh Matahari; mendaki ke atas atap,
Ia menutupi matanya dan menangis;
"Sang Mentari telah mati!" (D Rub. No. 534)
Pada suatu malam, 5 Desember 1248, ketika Maulana dan temannya itu sedang berbicara, Syams dipanggil ke pintu belakang. Dia melangkah keluar dan tak pernah kembali. Maulana pasti dapat merasakan apa yang telah terjadi, tetapi tidak mau percaya bahwa temannya itu hilang.
Malam berpakaian hitam,
Untuk menunjukkan duka citanya
Bagaikan istri yang bergaun hitam
Setelah suaminya menjadi debu! (D 2130)
Syams tak pernah kembali; dan apakah hidup ini tanpa sang Matahari? Semesta alam tampaknya turut berduka cita bersama Maulana;
Bila orang itu mengatakan,
"Aku telah melihat Syams!"
Maka tanyakanlah,
"Kemanakah jalan menuju surga?"
Adakah sesuatu yang tersisa selain kehitaman etelah Matahari terbenam?Ketika seorang menyatakan bahwa ia telah melihat Syams, Maulana menjawab
Berkata: "Karena aku adalah dia,
Apa gunanya mencari?
Aku sama dengan dia, zatnyalah uang berbicara!
Sebernarnya yang kucari adalah diriku sendiri,
Itu pasti.
Yang mencari dalam tong, bak air anggur."
Dengan harapan yang tak mungkin terjadi, Maulana pergi ke Suriah. Akan tetapi, kemudian "dia menemukannya dalam dirinya, bersinar bak rembulan".
Aku terus bernyanyi bersama orang lain
Syamsuddin dan Syamsuddin,
Bul-bul di taman pun ikut bernyanyi,
Ayam jantan di perbukitan. (D 1081)
Sebelumnya, dia telah menyadari bahwa dia tak dapat lagi menyembunyikan nama Syams dan merasa bahwa semesta alam memuji sahabatnya bersama-sama dengan dirinya
Engkaulah Mentari, kamilah embun
Kau membimbing kami
Ke tempat yang paling tinggi! (D baris ke-35816)
Dia merasa Syams sedang menyalurkan gelombang rahmat tersebut
Karena aku hamba Sang Mentari,
Aku berbicara hanya tentang Mentari! (D 1621)
Dan segenap keberadaan sang penyair merupakan saksi bagi Syams walaupun lidahnya diam;
Tak Patutkah bila aku memanggilmu banda
["abdi", manusia]
Tapi aku takut memanggilmu Tuhan, khuda! (D 2678)
Karena perasaan inilah, dia menyebut-nyebut Syams dengan kata-kata yang terdengar menghina Tuhan sebab yang dilihatnya dalam diri temannya itu hampir-hampir manusia yang bersifat Ilahiah
Syamsulhaqq [Mentari kebenaran Ilahi]
Bila kulihat di cermin yang jernih
Apapun kecuali Tuhan, aku lebih buruk
Daripada seorang kafir! (D 1027)
Syair-syair semacam ini tentu saja membuat rakyat Konya marah. Akan tetapi, bagi Maulana tak ada keraguan:
Apakai ini kekafiran atau islam, dengarlah:
Kamu itu sinar Tuhan atau Tuhan, khuda (D 2711)
Dan meski dia menyadari posisinya yang sulit, dia berseru dlm baris diatas
Engkaulah sinar yang berkata kepada Musa:
Akulah Tuhan, Akulah Tuhan, Akulah Tuhan! (D 1526)
Dan dia mempertegas pernyataannya dalam baris-baris diatas
Ketika kau membaca "Demi Cahaya Pagi",
Pandanglah Mentari!
Syam adalah orang yang mengetahui misteri-misteri yang ada pada Rasulullah. Itulah sebabnya tarian mistis, yang dilakukan oleh para darwis hingga masa sekarang ini, selalu dimulai dengan suatu himne mengenang Rasulullah yang berpuncak dalam puji-pujian kepada Syamsuddin
Ketika aku tidur di jalan temanku,
Pleiades (sekelompok bintang-penerj,)
Adalah bantal dan selimut bagiku (D 364)
Seluruh alam tampaknya mencintai kedua orang ini; dan nama teman yang dicintai itu mempunyai kekuatan yang sedemikian rupa sehingga siapapun yang mengucapkannya, tak akan pernah melihat kehancuran tulang belulangnya.
Wahai, buatlah aku menjadi haus,
Jangan beri aku air!
Jadikan aku kekasihmu!
Kuasailah dalam tidurku! (D 1751)
Ini adalah pertemuan dua orang yang tidak memiliki unsur romantis, walaupun ada syair-syair yang manis dan liris ,mengenai Syams-tetapi hal itu tidak bersifat tidak mengenal waktu dan bersifat hikayat.
Dan hasilnya hanya tiga kata;
Aku terbakar, aku terbakar, aku terbakar.
Maulana tidak pernah benar-benar memahami bagaimana Cinta telah memberinya lagu dan musik, memberinya alim yang zuhud, dan orang yang berkeluarga baik-baik, bagaimana itu telah mengubahnya.
Ia yang muncul dengan gaun merah setahun yang lalu
Kini, telah tiba dengan jubah berwarna kecokelatan
Anggur itu tetap satu,
Hanya wahananya yang berubah
Betapa manisnya anggur itu memabukkan (D 650)
Orang saleh yang buta huruf ini, yang demikian telah menjadi bagian yang tak dapat dipisahkan dari kehidupan spiritual Rumi, kini secara tiba-tiba tampak bagi sang guru cermin sejati yang amat diinginkannya untuk menemukan jalan kembali kepada dirinya sendiri.

3 komentar:

sukmojati mengatakan...

Bagus...Bagusss...
Kekurangan adalah milik manusia, kesempurnaan milik Alloh. Namun manusia yang sempurna adalah manusia yang tahu hakekat Diri dan Tuhannya. Tiada aku kecuali Alloh.

sukmojati mengatakan...

bagus..bagusss
kekurangan adalah milik manusia, kesempurnaan adalah milik Alloh. namun Manusia yang sempurna adalah yang tahu Hakekat Diri & Tuhannya.
Tiada aku kecuali Alloh...

sukmojati mengatakan...

Bagus..bagusss...
Kekurangan adalah milik Manusia, Kesempurnaan adalah Milik Alloh. Namun Manua yang sempurna adalah yang tahu Hakekat Diri Dan Tuhannya.
Tiada aku kecuali Alloh.